BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1. Dasar-dasar pemikiran tentang urgensi masalah
yang diteliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Secara teoritis hal
ini diuraikan dengan bertitik tolak dari
suatu teori yang relevan dengan permasalahan, kemudian dilakukan kajian
terhadap berbagai penelitian yang pernah dilakukan tentang itu dan beberapa
sumber bacaan terkait. Selanjutnya teori itu dilihat realisasinya dalam
kenyataan empiris.
2. Ungkapan tentang kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi antara teori dan praktik, serta uraian mengenai usaha-usaha yang pernah
dilakukan untuk mengatasinya.
3. Uraian tentang signifikasi penelitian yang
dilakukan. Disini diuraikan argumentasi pentingnya penelitian itu dilakukan
dalam hubungan dengan ilmu, pemecahan masalah, kebijakan atau berkaitan dengan
pembangunan. Argumentasi tersebut dapat dilihat dari fakta empiris maupun
dedukasi teori. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal
diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan
keuntungan-keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh apabila masalah tersebut
diteliti.
Latar belakang
harus mengantarkan pembaca kepada masalah yang diteliti sehingga harus
menjabarkan apa dan mengapa judul dan makna yang terkandung didalamnya perlu
diteliti. Harus dihindari uraian yang bertele-tele atau memulai dari hal yang
terlalu jauh dengan masalah yang diteliti. Kerangka uraian didalam latar
belakang biasanya berbentuk pyramid terbalik.
Untuk ukuran
merumuskan latar belakang masalah secara runtut, jelas dan tajam maka peneliti
dituntut mampu membaca dan melaksanakan gejala-gejala yang muncul dalam bidang
keilmuannya. Untuk itu pengetahuan peneliti yang luas dan terpadu mengenai
teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait merupakan syarat
mutlak (terutama untuk S2 dan S3). Ini merupakan alasan lain mengapa penelahaan
terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus dilakukan
sejak awal.
1.2. Permasalahan
Suatu penelitian
berangkat dari permasalahan. Masalah dalam penelitian (terutama peneliti agama)
dapat mengacu pada salah satu pengertian berikut:
a.
Sesuatu yang belum diketahui terutama oleh masyarakat luas
mengenai suatu masalah yang penting.
b.
Kesengajaan antara cita-cita (yang ideal atau seharusnya
manurut teori) dengan fakta, atau yang normative idealistic dengan historis
sosiologis.
c.
Sesuatu yang unik, menyebar dari mainstream yang ada.
d.
Sesuatu yang luar biasa, dan apabila diteliti akan mengandung
banyak keutamaan dan pengetahuan.
1.2.1.
Identifikasi Masalah
Mengidentidikasi
masalah berarti mengenal, menemukan atau menampilkan hal yang spesifik yang
diangkat dari materi yang masih bersifat umum. Identifikasi masalah diperlukan
agar peneliti benar-benar menemukan masalah ilmiah. Dengan melakukan identifikasi
masalah peneliti dapat dijadikan sebagai dasar pembatasan masalah. Pada bagian
ini dikemukakan masalah-masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
1.2.2.
Batasan Masalah
Batasan masalah
mempunyai kaitan erat dengan identifikasi masalah. Belum tentu masalah-masalah
yang telah diidentifikasi dapat diteliti. Keterbatasan yang dimiliki mahasiswa
menyebabkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi tidak dapat
ditelitisemuanya, namun hanya sebagian saja. Bahasa lain untuk “batasan masalah”
adalah “ruang lingkup”. Keterbatasan waktu, pemikiran, data, dan biaya
memungkinkan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. Pembatasan masalah/
ruang lingkup dapat dilakukan dengan membatasi objek penelitian, ruang atau
tempat (spatial) penelitian, dan waktu (temporal) penelitian.
1.2.3.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
tidak sama dengan permasalahan. Rumusan masalah berdasarkan pada masalah pokok
yang terdapat pada latar belakang. Masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian
ini dirumuskan dalam kalimat pertayaan yang singkat dan sederhana, yang isinya
mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu dijawab.
Rumusan masalah merupakan bagian inti penelitian, sehingga dapat dipakai
sebagai pertimbangan dalam penyusunan judul dan hipotesis. Rumusan masalah juga
harus selaras dengan pembatasan masalah diatas. Rumusan masalah berbentuk
poin-poin minimal 2 (dua) poin.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam bagian ini
disebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian
dirumuskan selaras dengan dan berorientasi pada acuan-acuan pertanyaan didalam
masing-masing rumusan masalah. Dengan kata lain, ia menjawab pertanyaan
penelitian. Adapun bentuknya dirumuskan berupa kalimat deklaratif. Lebh jauh,
tujuan penelitian mencerminkan langkah operasional penelitian seperti
diisyaratkan oleh arah ruang lingkup perumusan masalah. Dengan demikian, tujuan
penelitian sama sekali bukan berarti tujuan pembuatan skripsi.
Kegunaan
penelitian mencerminkan nilai manfaat praktis dan sumbangan ilmiah dari
penelitian. Artinya, manfaat apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut
untuk diteliti, lembaga/ institusi serta pihak-pihak yang terkait dengan objek
penelitian. Sementara itu, sumbangan ilmiah biasanya terletak pada harapan
dapat dibangunnya landasan teoritis bagi persoalan yang diteliti.
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori
peneliti menjelaskan (a) konsep teoritis yang berkaitan dengan masalah atau
variable yang diteliti. Selain teori, juga dilengkapi dengan (b) temuan atau hasil
penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain sebelumnya dalam bidang masalah
atau variable yang sama, baik yang sejalan maupun yang berbeda dengan teori
yang sedang atau akan dikemukakan. Berdasarkan teori dan hasil temuan tersebut,
penelitian dapat mengembangkan (c) konsep opersional yang benar, tepat dan
sistematis dengan permasalahan yang diteliti. Selanjutnya apabila peneliti
mengajukan (d) hipotesis penelitian, maka hipotesis tersebut didasarkan pada
teori-teori dan hasil temuan tadi yang dirumuskan dalam suatu pernyataan yang
jelas. Hipotesis tersebut harus dapat diuji secara statistic.
Jadi, secara umum,
penyusunan kajian teori memuat empat aspek, yaitu: konsep teoritis, penelitian
yang relevan, konsep operasional, serta asumsi dan hipotesis (jka ada). Berikut
ini penjelasan masing-masing aspek secara lebih jelas dan rinci tentang apa,
mengapa, baaimana dan seperti apa penyusunan aspek-aspek tersebut.
2.1. Konsep
Teoritis
Konsep teoritis adalah identifikasi masalah-masalah yang dijadikan
sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian. Konsep teoritis
ini mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan. Konsep teoritis ini menyangkut konsep, perspektif, pendekatan dan
sebagainya. Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang penelitian perlu
menelaah teori-teori yang ada yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.
Adapun guna dari konsep teoritis yang dijadikan sebagai rujukan ialah
agar penelitian dapat:
- Memfokuskan aspek yang akan diteliti.
- Mempertajam permasalah
- Mencari pendekatan-pendekatan baru yang
akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti.
- Memberikan dasar untuk pengembangan
desain atau rancangan penelitian.
- Menjadikannya sebagai kerangka berfikir
dalam menetapkan instrumen dan penafsiran data yang nantinya akan
diperoleh,
- Mendasari analisis data.
Untuk membuat konsep teoritis, ada tiga langkah pokok yang dapat
dilakukan, yaitu:
- Membuat daftar kata-kata,
istilah-istilah atau konsep-konsep kemudian mencari penjelasannya dalam
beberapa referensi, seperti kamus, ensiklopedi, jurnal dan buku-buku teks.
- Memeriksa kata-kata kunci yang berkaitan
dengan topik yang dipilih kemudian mencari pendapat-pendapat pakar tentang
topik tersebut terutama yang diambil dari temuan penelitian yang
dilaksankana sebelumnya.
- Membaca dan mencatat konsep teoritis
yang diambil dari bahan bacaan yang sudah dipilih (selected references)
untuk dijadikan dasar kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian yang
sedang dijalankan.
- Menggunakan atau mengutip teori-teori
tersebut ketika menjelaskan konsep-konsep yang diperbincangkan, baik
dengan cara menggunakan kata-kata atau kalimat dari peneliti sendiri
(paraphrase) atau mengutip langsung kata-kata atau kalimat dari penulis
atau peneliti terdahulu (citiation).
Sebagai contoh, peneliti akan meneliti tentang “Efektifitas Outdoor
Activities Dalam meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Inggris
Sebagai Bahasa Asing” maka dia akan menggunakan tiga konsep teoritis yang
berbeda untuk menjelaskan masalah yang diajukan sesuai dengan
variabel-variabel-variabel yang ada dalam penelitiannya, yaitu Outdoor
Activities, motivasi belajar.
Dan prestasi belajar bahasa asing. Untuk itu, dia hendaknya terlebih
dahulu (a) membuat daftar kata atau istilah yang berkaitan dengan tiga variabel
diatas, yaitu Outdoor Activities, motivasi belajar dan prestasi belajar bahasa
asing. Kemudian (b) mengumpulkan bahan-bahan (buku, artikel, dan sebagainya)
yang berkaitan dengan tiga variabel diatas, yaitu “Outdoor Activities” “Motivasi
Belajar Bahasa Asing” dan “Prestasi Belajar Bahasa Asing” secara umum begitu
juga konsep teoritis motivasi belajar dan prestasi belajar secara umum begitu
juga konsep teoritis motivasi belajar dan prestasi belajar secara umum dan
kemudian memberikan penekanan pada aspek keterkaitan “Outdoor Activities”
dengan peningkatan “Motivasi Belajar” dan peningkatan “Prestasi Belajar Bahasa
Asing” yang akan digunakan dalam penelitian. (c) Selanjutnya, penelitian
mencatat konsep-konsep teoritis dari berbagai sumber dan pendapat tentang tiga
variabel diatas dan keterkaitan antara satu sama lainnya yang diambil dari
beberapa bahan bacaan yang sudah dipilih, dan (d) menggunakan konsep-konsep
teoritis tersebut ketika menjelaskan ketiga konsep tadi dalam penelitian.
2.2. Penelitian
yang Relevan
Bagian ini memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
penelitian lain dan memeiliki kaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan. Di sini harus dicari dan diuraikan berbagai desain dan temuan
penelitian yang telah dilaksanakan orang yang relevgan dengan topik penelitian
yang sedang atau akan dilaksanakan.
Tinjauan terhadapa penelelitian terdahulu ini dilakukan dengan maksud
untuk menghindari duplikasi pada desain dan temuan penelitian. Di samping itu,
untuk menunjukkan orisinalitas yang lain dalam konteks yang sama. Selain itu,
dengan mengenal penelitian terdahulu, akan sangat membutuhkan penelitian dalam
memilih dan menetapkan desain penelitian yang sesuai karena penelitian
memperoleh gambaran dan perbandingan dari desain-desain yang telah
dilaksanakan.
Dengan menggunakna hasil-hasil penelitian terdahulu yang terbaru atau
terkini sebagai landasan berfikir dihadirkan permasalahan yang akan dikaji
dalam alasan mengapa masalah tersebut dikaji kembali akan dapat dikemukakan
lebih tajam lagi. Oleh karena itu pembahasan penelitian yang relevan dengan
topik yang akan dikaji hendaknya mendapat tempat yang proposional dalam
menyusun kerangka teoritis.
Sebagai contoh, dalam kajian seperti diatas tentang “Efektifitas
Outdoor Activities dalam Meningkatkan Motivasi dan Mahasiswa dalam Belajar
Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing” maka harus dicari informasi tentang
penelitian apa saja yang telah dilakukan penelitian lain tentang Efektifitas
Outdoor Activities baik dalam meningkatkan motivasi maupun prestasi belajar
bahasa asing. Apabila tidak ada penelitian sejenis, maka paling tidak ada jenis
penelitian tentang Outdoor Activities yang berkaitan dengan motivasi belajar
bahasa asing dan prestasi belajar bahasa asing dengan kaitannya belajar luar
kampus.
2.3. Konsep
Operasional
Konsep Operasional merupakan definisi operasional dari semua variabel
yang dapat diolah dan buka merupakan devinisi konseptual. Disini variabel yang
akan diteliti didefinisikan secara operasional yang menggambarkan secara
mengukur variabel tersebut, dengan demikian mudah diidentifikasi dan mudah
dikumpulkan datanya, karena sudah operasional dan dapat diukur atau
diobservasi.
Dengan telah dioperasionalkannya konsep-konsep yang menjadi obejek
penelitian diharapkan peneliti dapat diidentifikasi dengan jelas poin-poin apa
saja yang akan dikumpulkan datanya di lapangan dan bagaimana cara mengumpulkan
data tersebut.
Cara yang praktis dalam menurunkan konsep teoritis menjadi konsep
operasional ialah dengan mengubah konsep-konsep yang abstrak yang sulit
diidentifikasi atau diukur menjadi kata-kata operasional yang bisa
diidentifikasikan atau diukur dan dapat dikumpulkan datanya, begitu juga konsep
teoritis tentang “Prestasi Bejalar Bahasa Inggris”.
Untuk menjelaskan hubungan antara ketiga konsep diatas dapat digunakan
kerangka berfikir atau model hubungan yang dikonsepsikan dengan memperlihatkan
hubungan yang dikonsepsikan dengan memperlihatkan hubungan antara variabel.
Cara menyusun kerangka berfikir ialah dengan menjelaskan apa yang menjadi
variabel bebas (X) dan apa pula yang akan dijadikan sebagai variabel terikat (Y).
sebagai gambaran dapat dilihat dari kerangka berfikir berikut ini:
Teori
|
Outdoor Activities
|
Motivasi Belajar
|
Perstasi Belajar
|
Konsep
|
Belajar Bahasa Inggris di
luar Kampus
|
Kekuatan yang mengarahkan
dan memberikan energi terhadap perilaku
|
Hasil Belajar
|
Operasional
|
a)
Belajar Bahasa
Inggris di luar kelas.
b)
Belajar Bahasa
Inggris sambil melaksanakan kegiatan lain yang menarik.
c)
Belajar Bahasa
Inggris dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau tempat wisata
dimana terdapat native speakers.
d)
Belajar Bahasa
Inggris sambil bermain, berkemah
|
a)
Kemauan yang
kuat untuk belajar Bahasa Inggris.
b)
Keinginan yang
kuat untuk memulai belajar Bahasa Inggris
c)
Memulai kegiatan
belajar dengan penuh enerjik.
d)
Belajar Bahasa
Inggris dengan kemauan sendiri tanpa ada pengaruh luar.
|
Skor tes yang diberikan
oleh guru dalam bidang studi Bahasa Inggris berkisar antara 1 s/d 100
|
Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Secara teoritis dapat
dikatakan bahwa semakin aktif seorang siswa mengikuti kegiatan Outdoor
Activities berarti semakin tinggi motivasi belajar Bahasa Inggris. Pada tingkat
konsep dikemukakan mengenai aktivitas belajar luar kampus (sebagai variabel
bebas (X) dan motivasi belajar sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan begitu
juga hasil belajar sebagai variabel terikat kedua (Y2)).
Pertanyaannya ialah: seandainya seorang siswa aktif mengikuti Outdoor
Activities, apakah motivasi belajarnya akan tinggi? Dan apakah hasil belajarnya
akan lebih tinggi pula? Pertanyaan seperti ini masih belum dapat dijawab secara
tuntas, karena selain perlu membuktikan dilapangan, pertanyaan seperti ini
masih dalam taraf konsep dan masih sukar diukur di lapangan karena masih belum
jelas poin-poin yang berubah tersebut. Oleh sebab itu konsep teoritis dari
ketiga variabel tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk yang lebih
operasional.
Pada contoh diatas apa yang dimaksud dengan Outdoor Activities
didefinisikan sebagai “Activities belajar di luar Kampus”, sedangkan motivasi
belajar didefinisikan sebagai “Keinginan Belajar yang kuat” dan hasil belajar
didefinisikan sebagai
“Skor-skor” yang diperoleh siswa berdasarkan hasil ujian (tes) yang diberikan kepada siswa oleh guru dalam bidang studi Bahasa Inggris. Rumusan terakhir inilah kelak akan diamati. Poin-poin tersebut sudah bisa diidentifikasi dan dikumpulkan data karena sudah operasional.
“Skor-skor” yang diperoleh siswa berdasarkan hasil ujian (tes) yang diberikan kepada siswa oleh guru dalam bidang studi Bahasa Inggris. Rumusan terakhir inilah kelak akan diamati. Poin-poin tersebut sudah bisa diidentifikasi dan dikumpulkan data karena sudah operasional.
2.4.Asumsi dan Hipotesis (jika ada)
Hipotesis adalah “jawaban sementara” terhadap permasalahan yang
diajukan. Sebelum penelitian mengadakan pengumpulan data dilapangan dan
menganalisisnya untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan,
penelitian terlebih dahulu memberikan jawaban sementara. Jawaban sementara ini
perlu diuji atau dijawab melalui pengumpulan data dilapangan dan analisis data
untuk membuktikan apakah jawaban sementara tersebut terbukti kebenarannya atau
tidak.
Tujuan merumuskan hipotesis ialah agar (a) objek yang dikaji jelas, (b)
kegiatan penelitian terarah, dan (c) membantu penelitian mengkonfirmasikan
teori.
Meskipun jawaban sementara ini disebut diawal atau sebelum proses
penelitian, namun tidak berarti hipotesis dapat dirumuskan secara serampangan,
karena jawaban tersebut harus merupakan jawaban bernalar. Cara yang bijaksana
dalam merumuskan hipotesis ialah dirumuskan dalam kalimat deklaratif, yang
menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan ketika membuat hipotesis
ialah sebagai berikut:
- Hipotesis dinyatakan dalam bentuk hubungan
yang diharapakan antara dua variabel atau lebih.
- Hipotesis didasarkan atas konsep
teoritis tertentu atau keyakinan (benar) sebagai landasan dalam merumuskan
hipotesis yang akan diuji.
- Hipotesis dapat diuji.
- Hipotesis jelas dan konsisten dengan apa
yang dikaji.
Contoh Hipotesis yang dapat diujikan untuk model penelitian tentang
“Efektifitas Outdoor Activities dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Mahasiswa dalam Belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing” seperti diatas
ialah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan
antara keaktifan mahasiswa dalam mengikuti outdoor
activities dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar Bahasa Inggris
sebagai bahasa asing.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dalam laporan
penelititan, istilah yang digunakan dalam bab ini adalah metode penelitian
bukan metodologi penelitian. Metodologi bersifat keilmuan yang membahas metode,
sedangkan metode bersifat teknis, yakni cara-cara tertentu yang digunakan oleh
penelitian dalam mengumpulkan dan mengolah atau menganalisis data penelitian.
Beberapa aspek yang
termasuk kedalam metode penelitian adalah waktu dan tempat penelitian, objek
dan subjek penelitian, populasi sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data (teknik pembahasan).
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian
menunjukkan batas penelitian itu dilakukan dari mulai hingga berakhir. Dengan
kata lain, waktu penelitian menunjukkan kapan penelitian itu dilakukan.
Penelitian harus menyebutkan waktu penelitiannya, misalnya penelitian dilakukan
dari bulan Januari hingga Juli 2011, berarti waktu penelitiannya adalah enam
bulan.
Tempat penelitian
menunjukkan lokasi dimana penelitian dilakukan. Untuk penelitian lapangan,
lokasi penelitian bisa di sekolah atau madrasah, organisasi pemerintah,
organisasi social kemasyarakatan dan lain sebagainya, sedangkan untuk
penelitian kepustakaan tempat penelitiannya adalah perpustakaan.
Misalnya sebuah
judul : Kemampuan Guru-guru Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam
Proses Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Dumai. Tempat penelitiannya
adalah MAN Dumai.
Sebaiknya peneliti
menjelaskan alasan pemilihan tempat penelitiannya. Pemilihan tempat penelitian
harus objektif; misalnya karena masalah yang diteliti sesuai dengan bidang ilmu
yang peneliti pelajari dan masalah yang diteliti ada pada tempat tersebut.
3.2. Objek dan Subjek Penelitian.
Objek penelitian adalah
masalah yang dijadikan fokus utama penelitian. Secara lebih khusus, objek
penelitian adalah masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah
penelitian. Dalam judul diatas, objek penelitiannya adalah kemampuan menerapkan
KBK dalam proses pembelajaran.
Subjek penelitian
merupakan sumber data penelitian. Subjek penelitian berupa manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Dalam penelitian sosial dan kependidikan khususnya
penelitian kependidikan Islam, subjek penelitian bisa berupa manusia dan berupa
benda. Oleh sebab itu, subjek penelitian berkenaan dengan siapa dan dari mana
data diperoleh serta dimana data itu melekat. Dalam penelitian diatas, subjeknya
adalah manusia, yakni guru-guru yang mengajar di MAN Dumai.
3.3. Populasi
dan Sampel
Populasi
(Population) merupakan keseluruhan (jumlah) subjek atau sumber data
penelitian. Populasi adakalanya
terhingga (terbatas) dan tidak terhingga (tidak terbatas). Sampel merupakan
populasi atau subjek yang dipilih dan ditetapkan sebagai sumber data atau
sumber informasi penelitian. Penarikan sampel ditentukan oleh banyaknya
populasi atau tingkat heteroginitas populasi.
Demikian juga
besaran persentase penarikan sampel juga ditentukan oleh banyaknya populasi
karena tidak ada petunjuk baku tentang besaran persentase penarikan sampel.
Prinsip keterwakilan harus diperhatikan dalam penarikan sampel. Apabila
populasi sedikit dan mampu dijangkau keseluruhannya oleh penelitian, maka tidak
perlu diambil sampel. Artinya, keseluruhan populasi diteliti (sampel jenuh).
Apabila peneliti
malakukan penarikan sampel, alasan penarikan sampel harus dijelaskan. Misalnya
peneliti melakukan menggunakan penarikan sampel dengan cara random sampling,
maka peneliti harus menjelaskan proses dan prosedur penarikan sampel secara
random dan seterusnya. Penarikan sampel bisa dilakukan dengan secara acak
(random sampling), strata sampling, purposive sampling, atau menggabugkan
beberapa teknik penarikan sampel seperti strata random sampling, serta
purposive random sampling dan lain-lain sebagainya.
Teknik nama yang
digunakan ditentukan karakteristik atau
sifat subjek penelitian atau karakteristik variable penelitian. Apabila sifat
subjeknya adalah homogen (relative sejenis), maka penarikan sampelnya bisa
dilakukan secara acak (random) dan apabila sifat subjeknya homogen, maka
penarikan sampelnya bisa dilakukan secara strata. Apabila sampelnya diambil
sesuai proporsinya anggota populasi yang banyak diambil dan yang sedikit
diambil sedikit, maka penelitian bisa menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive sampling dan seterusnya.
Untuk penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, misalnya pada penelitian korelasi dan
komparasi sampel minimal adalah 30 orang, sedangkan untuk penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif, sampel kurang dari 30 orang.
3.4.Teknik
Pengumpulan Data.
Penelitian
merupakan kegiatan yang procedural (harus dilakukan dengan mengikuti
prosedur-prosedur tertentu). Oleh karena itu, sebelum peneliti turun kelapangan
mengumpulkan data, peneliti harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengurus surat izin riset atau penelitian
melalui Prodi. Kantor Kesbang, Instansi terkait (Kemedikbud, Kemenag, dll baru
ketempat penelitian.
2. Membuat instrument penelitian (alat
pengumpulan data)
3. Melakukan validitas dan keabsahan instrument
melalui ujicoba instrument ke lapangan. Setelah instrument dianggap layak baru
dilakukan penelitian.
Teknik pengumpulan
data merupakan cara-cara tertentu atau teknik-teknik tertentu yang digunakan oleh
penelitian dalam pengumpulan data. Peneliti harus menjelaskan dalam desain dan
laporan hasil penelitiannya tentang cara-cara atau teknik-teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
Observasi
Observasi adalah
melakukan pengamatan terhadap sumber data. Observasi bisa dilakukan secara
terlibat (partisipan) dan tidak terlibat (non partisipan). Dalam pengamatan
terlibat, penelitian ikut terlibat dalam pengamatan yang tidak dalam aktivitas
orang-orang yang dijadikan sumber data penelitian, sedangkan dalam pengamatan
yang tidak terlibat, penelitian tidak terlibat dalam aktivitas orang-orang yang
dijadikan sumber data penelitian.
Di dalam desain
penelitiannya, peneliti harus menjelaskan siapa dan apa yang diobservasi,
tanggal berapa dilakukan observsi, serta apa alat yang digunakan untuk
melakukan observasi harus sesuai dengan masalah penelitian (rumusan masalah)
dan indikator-indikator dalam konsep operasional.
Wawancara
Cara ini dilakukan
dengan melakukan dialog secara lisan dimana peneliti mengajukan sejumlah
pertanyaan kepada responden atau informan dan resonden atau informasi juga
menjawabnya secara lisan.
Sebagaimana halnya
observasi, dalam desain penelitiannya, penelitian juga harus menjelaskan siapa
yang diwawancarai, wawancara tentang apa, kapan dan dimana dilakukan wawancara,
serta apa alat yang digunakan untuk melakukan wawancara.
Alat yang
digunakan untuk melakukan wawancara bisa berupa pedoman wawancara dan tape
recorder. Hal-hal yang diwawancarai harus sesuai dengan masalah penelitian
(rumusan masalah) dan indicator dalam konsep operasional.
Angket
Teknik ini
dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan secara tertulis
kepada responden. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket harus merujuk kepada
masalah (rumusan masalah) penelitian dan indikator-indikator dalam konsep
operasional.
Peneliti juga
harus menjelaskan siapa yang diangket, angket tentang apa, dan bagaiman cara
penyebaran angket apakah melalui pos atau peneliti langsung menyebarkan ke
lapangan.
Dokumentasi
Cara atau teknik
ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa sejumlah dokumen yang terkait
dengan masalah penelitian. Dalam desain penelitian, peneliti harus menjelaskan
dokumen apa yang dikumpulkan data dan bagaimana cara mengumpulkan data
tersebut. Pengumpulan data melalui dokumen bisa menggunakan alat kamera (video
shoting), atau dengan foto copy.
Teknik pengumpulan
data diatas adalah alternatif; artinya peneliti boleh memilih salah satu
diantara cara-cara diatas untuk digunakan sebagai cara pengumpulan data,
tentunya disesuaikan dengan masalah yang diteliti.
3.5. Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu proses mengklasifikasikan,
memberikan kode-kode tertentu, mengolah dan menafsiran data hasil penelitian
menjadi bermakna. Dalam desain penelitiannya, penelitian harus menjelaskan cara
atau teknik apa yang digunakan untuk menganalisa data. Setidaknya ada tiga cara
yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu : (1) analisa deskripsi
(deskripsi kualitatif dengan persentase), (2) korelasi, dan (3) komparasi.
Selanjutnya tentang bagaimana prosedur kerja analisa data atas bisa dilihat
dalam bab tentang analisa data.
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, ada
dua hal yang akan dibahas, yaitu penyajian dan analisa data penelitian.
4.1. Penyajian
Data
Pengertian Data, Data adalah segala sesuatu
yang sudah dicatat. Segala sesuatu itu bisa berbentuk dokumen, batu-batuan,
air, pohon, manusia. Data digolongkan menjadi beberapa golongan atau jenis.
Dilihat dari sifatnya, data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Dilihat dari sumbernya, data dikenal dengan data primer dan
data sekunder. Dilihat dari skalanya, dikenal dengan nominal, ordinal, interval
dan rasio. Dilihat dari sifatnya yang lain, data dikenal dengan data kontinus
dan data kategorial.
Sifat Data Data dapat dilihat dari sifatnya
terdiri dari Pertama, data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang
berbentuk kalimat atau non angka. Seperti jenis pekerjaan seseorang (Petani,
Pedagang, Pegawai Negeri, TNI/ POLRI, Wiraswasta, dll). Tingkat pendidikan (SD,
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi). Data Kualitatif dapat dikuantifikasikan sesuai
dengan kebutuhan.
Penting diperhatikan bahwa data kualitatif
berbeda dari penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengacu kepada
metodologi penelitian dengan paradigma yang khas dan berbeda dari data
kuantitatif (non kuantitatif). Sedangkan data kualitatif mengacu kepada data
yang bersifat non-angka.
Kedua, data kuantitatif, data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka-angka. Misalnya berat badan 56 kg, tinggi 165
cm, kecepatan berlari, frekuensi kehadiran kuliah dan lain-lain.
4.2. Sumber
Data
Dilihat dari
sumbernya data terbagi dua, yaitu data primer dengan data sekunder. Data primer
adalah data yang diambil langsung tanpa perantara, dari sumbernya. Sumber ini
berupa berbeda-beda, situs, atau manusia. Misalnya seorang antropolog
mendapatkan data primernya dengan cara dating langsung ke suatu desa untuk
mengamati kehidupan suatu suku didesa tersebut.
Sedangkan data
sekunderadalah data yang diambil secara tidak langsungdari sumbernya. Data
sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang
lain, koran, majalah).
4.3. Skala
Data
Dilihat dari skala
data, maka data dapat dikelompokkan menjadi data nominal, ordinal, rasio, kontinus,
dan diskrit (katagorial).
a. Data Nominal
Yaitu data
yang penyusunannya diklasifikasikan dalam beberapa kategori saling lepas
(matual exclusive) dan tuntas (exhaustive), masing-masing kategori ini
mempunyai kedudukan setara. Contoh: Data tentang jenis kelamin (laki-laki = 20
orang, perempuan = 30 orang).
Jika pun
diberi angka/kode atau simbol (pria = 1, wanita = 2), maka kita tidak bisa dan
tidak boleh menafsirkan bahwa wanita lebih dari pria (karena 2>1)
b. Data Ordinal
Adalah data
yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Data yang diturunkan dari jenjang
paling rendah ke jenjang yang paling tinggi atau sebaiknya dari jenjang yang
paling tinggi ke yang paling rendah, dan dalam bentuk kategori/klasifikasi.
Contoh: Data tentang kemampuan akademik (pintar, sedang, bodoh) data tentang
keaktifan dalam berdiskusi (aktif, sedang, pasif)
c. Data Interval
Adalah data
yang mempunyai jarak yang sama diantara data yang sedang diselidiki, tetapi
tidak mempunyai nilai nol absolut (mutlak). Walaupun datanya nol tetapi masih
mempunyai nilai. Misalnya suhu nol derajat Celsius, ternyata masih ada
nilainya.
d. Data Rasio
Adalah data
yang mempunyai jarak yang sama diantara data yang sedang diselidiki, tetapi
mempunyai nilai nol (absolut). Jadi kalau data itu nol, berarti tidak ada
apa-apanya. Contoh: hasil pengukuran panjang, berat, tentang lama waktu
pendidikan, data tentang penghasilan.
e. Data Kuntinus (Continous data)
Adalah data
yang belum dikelompokkan sehingga antara satu nilai (data) dengan nilai lainnya
belum bisa dibedakan secara jelas menurut satuannya. Misalnya: Sekelompok angka
umur mahasiswa (20, 19, 18, 21, 22, 27, dan seterusnya)
f. Data Kategorikal (Diskrit)
Adalah data
yang sudah dikelompokkan sehingga tidak terlihat jelas perbedaan antara
data-data yang ada. Misalnya kelompok umur 21-30-31-40-41-50-51-60.
4.4. Penyajian
Data
Setiap peneliti
harus dapat menyajikan data sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian yang diinginkan, baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara,
quesioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data yang
disajikan dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah
memahami isinya. Penyajian dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya
dan mudah memahami isinya. Penyajian data komunikatif dapat dilakukan dalam
bentuk:
Teks
Teks (textular)
atau dikenal juga dengan narasi. Penyajian cara textular adalah penyajian data
hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Penyajian ini dikenal juga narasi yakni
penyajian data melalui deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa misalnya,
menyajikan suatu kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
Misalnya: Jumlah
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAI Tafaqquh Fiddin
Dumai dari tahun 2001 sampai 2005 adalah sebagai berikut: Tahun 2001/2002
laki-laki berjumlah 4 orang, perempuan 27 orang. Tahun 2002/2003 laki-laki
berjumlah 7 orang, perempuan 23 orang. Tahun 2003/2004 laki-laki berjumlah 15
orang, perempuan 62 orang. Tahun 2004/2005 laki-laki berjumlah 26 orang,
perempuan 87 orang. Tahun 2005/2006 laki-laki berjumlah 21 orang, perempuan 65
orang
Tabel
Penyajian data
dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian sistematis dari pada data numerik,
yang tersusun dalam kolom dan jalur atau jajaran. Dari data diatas dapat juga
disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Jumlah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Tafaqquh Fiddin
Dumai
Tahun
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
2001/2002
|
4
|
27
|
2002/2003
|
7
|
23
|
2003/2004
|
15
|
62
|
2004/2005
|
26
|
87
|
2005/2006
|
21
|
65
|
Jumlah
|
73
|
264
|
Diagram
Sedangkan
penyajian dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data secara visual. Data
diatas juga dapat disajikan dalam grafik dibawah ini:
Secara umum
penggunaan ketiga bentuk penyajian ini berbeda. Penyajian secara textular atau
narasi biasanya digunakan untuk penelitian data kualitatif. Sedangkan bentuk
tabel dan grafik sering digunakan dalam penyajian hasil penelitian kuantitatif.
Ketiga bentuk penyajian diatas, tidak perlu dibuat secara bersamaan. Setelah
data disajikan dalam bentuk tabel, penulisan tidak perlu mengulang penyajian
data dalam bentuk narasi.
4.5. Analisa
Data
Secara umum analisa data meliputi tiga langkah, yaitu persiapan, tabulasi,
dan penerapan data sesuai dengan analisis yang digunakan.
Persiapan
Tahapan persiapan ini dilakukan sebenarnya untuk menyortir atau memilih
data agar data yang akan digunakan benar-benar data yang memahami syarat
penelitian, sehingga dapat dihindari penggunaan data yang tidak memenuhi
syarat. Hal ini tentu dimaksudkan agar hasil penelitian benar-benar valid dan
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pada tahap pengumpulan data.l oleh
karena itu, sebelum data dianalisis perlu dilakukan pembersihan data, agar data
yang digunakan benar-benar layak untuk dijadikan sumber informasi dalam
penelitian.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan persiapan ini
adalah:
a.
Mengecek
kelengkapan nama dan identitas pengisi. Hal ini dilakukan untuk kepentingan
pengolahan data lebih lanjut.
b.
Mengecek
kelengkapan data, yakni memeriksa isi instrumen pengumpulan data. Bila ternyata
ada kekurangan halaman atau isi instrumen perlu dilakukan pengembalian atau
pengulangan di kancah.
c.
Mengecek
isian data, bila dalam isian instrumen ternyata ada beberapa item yang diisi
“tidak tahu” atau jawaban lain yang tidak diharapkan oleh peneliti, maka item
ini perlu didrop.
Tabulasi
Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam proses tabulasi data,
antara lain sebagai berikut:
- Memberi skor item-item yang perlu diberi
skor seperti: Tes, Angket bentuk pilihan ganda, Rating Scale dan
lain-lain.
- Memberikan kode terhadap item-item yang
tidak diberi skor misalnya: Jenis Kelamin (pria = 1, wanita = 0), tingkat
pendidikan (SD = 1, SMP = 2, SMU = 3, PT = 4) dan lain-lain.
- Mengubah jenis data sesuai dengan teknik
analisis yang akan digunakan. Misalnya: Data ordinal membuat tingkat, data
ordinal atau interval diubah menjadi data diskrit.
- Memberikan kode (coding). Kegiatan ini
dilakukan biasanya untuk memperoleh data dengan menggunakan komputer,
misalnya memberikan kode pada semua variabel, lalu menetapkan didalam
coding sheet (coding foi), dalam baris beberapa dan kolom beberapa dan
seterusnya.
Analisis Data
Analisis data penelitian adalah pengolahan data dengan menggunakan
teknik pengolahan data berupa rumus-rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan
rumusan masalah dan pendekatan penelitian yang digunakan. Kegiatan, yaitu
mendeskripsikan data dan melakukan uji statistika.
Mendeskripsikan Data
Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh
bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti penelitian atau
orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan.
Mendeskripsikan informasi dari responden ini ada dua macam. Jika data yang ada
adalah kualitatif, maka deskriptif data ini dilakukan dengan cara menyusun dan
mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap
responden.
Jika data tersebut dalam bentuk kuantitatif dan ditransfer dalam bentuk
angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan menggunakan statistika
deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik
statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti.
Yang termasuk analisis deskriptif pada umumnya termasuk mengukur tendency
central dan pengukuran variasi kelompok. Pertimbangan memilih alat uji
statistik adalah sebagai berikut:
a.
Pertanyaan
penelitian yang digunakan
b.
Keadaan
data yang akan dianalisis, antara lain distribusi dan penyebaran data, jenis
data dan lain-lain.
c.
Pengetahuan
statistik
d.
Ketersediaan
sumber data.
Melakukan Uji Statistika
Analisis data dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik atau teknik
analisis data yang dilakukan umumnya menggunakan analisis deskripsi, komparasi,
korelasi dan analisis untuk melihat pengaruh suatu treatment (regresi).
1)
Analisis
Deskripsi
Penelitian deskripsi merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam
langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sifat dan analisis data
penelitian deskriptif ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bersifat
eksporatif dan bersifat developmental.
(a)
Penelitian Deskriptif yang bersifat
Eksporatif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
keadaan fenomena. Jadi, penelitian ini hanya ingin mengetahui keadaan sesuatu.
Misalnya, bila pemerintah bermaksud membangun sekolah di sebuah kota kecil,
maka terlebih dahulu pemerintah harus melakukan penelitian tentang layak atau
tidaknya sekolah tersebut dibangun didaerah itu, apakah sarana dan prasarananya
memadai dan calon siswanya ada.
(b)
Penelitian Deskriptif yang bersifat
Developmental
Penelitian jenis ini biasanya digunakan untuk
pengembangan berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan sering dilakukan pilot
proyek pengembangan model tertentu pada sampel terbatas. Pelaksanaan model
tersebut diamati dan dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebagai
tujuan. Bila hasilnya memuaskan maka model tersebut dapat diperluas. Jadi sifat
penelitian jenis ini menggunakan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
Analisis deskriptif kualitatif dengan maksud
mengevaluasi, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan tolak ukur yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Analisis deskriptif kuantitatif dengan maksud
menggambarkan temuan hasil penelitian dapat dilakukan dengan presentase dan
distribusi frekuensi, lalu menganalisis informasi yang ada di balik
angka-angka.
2)
Analisis
Komparasi
Penelitian komparasi biasanya dilakukan untuk
membandingkan dua variabel atau lebih, sehingga akan diperoleh persamaan atau
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur,
tentang kerja, tentang ide-ide dan lain-lain. Sedangkan penelitian yang
bersifat causal comparative studies merupakan penelitian komparatif untuk melihat
perbandingan dua kejadian atau lebih, lalu mencari penyebabnya.
Analisis data yang bersifat komparatif harus
dilihat terlebih dahulu apakah penelitiannya menggunakan hipotesis atau non
hipotesis. Perbedaan penelitian hipotesis dengan penelitian non hipotesis
rumusan hipotesis dibuat sebelum analisis data dilakukan, sedangkan penelitian
non hipotesis tidak menggunakan rumusan hipotesis.
Analisis komparatif dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Teknik analisis yang digunakan antara lain tes “t”, chi kuadrat,
analisis varian dan lain-lain. Terdapat dua model komparasi, yaitu: komparasi
antara dua sampel (bivariat) dan komparasi antara lebih dari dua sampel atau
yang dikenal dengan k sampel (multi variat). Setiap model komparasi,
sampel/variat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampel yang berkorelasi dan
sampel yang tidak berkorelasi (independent).
Sampel yang berkorelasi biasanya terdapat
dalam penelitian eksperimen. Sebagai contoh dalam membuat perbandingan
kemampuan kerja pegawai sebelum dilatih dengan yang sudah dilatih,
membandingkan nila free tes dengan nilai pos test dan membandingkan kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol (pegawai yang diberi latihan dan tidak
diberi latihan).
Sampel yang tidak berkorelasi (sampel
independent) adalah sampel yang tidak berkaitan satu sama lain, misalnya akan
membandingkan kemampuan kerja lulusan SMU dengan SMK, membandingkan penghasilan
petani dengan nelayan dan sebagainya.
Dalam pengujian hipotesis komparatif dua
sampel atau lebih (membuat generalisasi) terdapat berbagai teknik statistik
yang akan digunakan itu tergantung pada bentuk komparasi dan macam data. Untuk
data interval dan ratio digunakan statistik parametik, yaitu yang terukur dan
tes-tes statiknya mendekati normal. Untuk data jenis non parameteris dihitung
atau dirangking. Tes non parametris dihitung atau didistribusi, tidak bersandar
pada asumsi bahwa populasinya memiliki distribusi normal.
Tabel berikut dapat digunakan sebagai pedoman
untuk memilih teknik statistik yang sesuai. Untuk lebih jelasnya bagaimana
analisis komparatif dilakukan dapat dibaca pada buku-buku statistik.
Tabel
1
Berbagai
Teknik Statistik
Untuk
Menguji Hipotesis Komparatif
Macam Data
|
Bentuk
Komparatif
|
|||
Dua sampel
(Bevariat)
|
K Sampel
(Multi Variat)
|
|||
Korelasi
|
Independent
|
Korelasi
|
Independent
|
|
Interval/Ratio
|
t-test* dua sampel
|
t-test* dua sampel
|
One Way Anova*
|
One Way Anova*
|
Nominal
|
Mc. Nemar
|
Chi Kuadrat Dua Sampel Fisher Exact
|
Chi Kuadrat K Sampel
|
Chi Kuadrat K Sampel
|
Ordinal
|
Sign Test
Wilcoxon
Matched Pairs
|
Median Test
Man Whitney
U-Test
Kolmogrof
Smilmov
Wald wolfo witz
|
Friedman Two Way Anova
|
Median Extention
Kruskal Wall One Way Anova
|
3)
Analisis
Korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel
atau lebih. Jika ada hubungan seberapa besar hubungannya. Untuk menyatakan
hubungan koefisien korelasi yang besarnya antara 0 sampai + 1.
Hubungan antara dua variabel disebut dengan
korelasi bivariat sedangkan hubungan antara tiga variabel atau lebih disebut
multivariat. Contoh penelitian yang menyatakan hubungan antara dua variabel
adalah korelasi antara kegiatan ekstra kurikuler dengan prestasi belajar.
Korelasi yang menunjukkan tiga variabel misalnya hubungan antara kegiatan
ekstrakurikuler, tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa macam teknik analisis korelasi, antara lain:
1. Teknik Korelasi Product Moment (Product Moment Corelation). Teknik ini
digunakan bila variabel yang akan dikorelasikan datanya bersifat continu,
homogen atau mendekati homogen dan regresinya linier.
2. Teknik Korelasi Tata Jenjang (Rank Difference Correlation atau Rank Order
Correlation). Teknik digunakan
bila subjeknya sebagai sampel (N) jumlah antara 10 – 29 subjek. Data yang akan
dikorelasikan adalah data ordinal atau data jenjang.
3. Teknik Korelasi koofisien Phi (Phi Coefficient Correlation). Teknik
ini digunakan bila data yang akan dikorelasikan adalah data yang benar-benar
dikotomik (terpisah secara tajam) atau variabel diskrit murni. Misalnya pria –
wanita, lulus – tidak lulus, dan lain-lain.
4. Teknik Korelasi Koefisien kontingensi (contongency coefficient correlation).
Teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan berbentuk
kategori atau gejala ordinal, misalnya tingkat pendidikan terdiri dari rendah,
menengah, dan tinggi.
5. Teknik Korelasi Point Biserial (Poin Biserial Correlation). Teknik ini
digunakan bila dua variabel pertama berbentuk variabel kontinu, misalnya skor
hasil tes. Sedangkan variabel kedua berbentuk diskrit murni, misalnya salah
betul.
6. Teknik Korelasi Serial, teknik ini digunakan
bila dua variabel yang akan dikorelasikan bila variabel pertama berbentuk
variabel berskala ordinal, sedangkan variabel kedua berbentuk interval.
Misalnya korelasi antara prestasi
belajar dengan keaktifan dalam berdiskusi (aktif, sedang, pasif).
7. Teknik Korelasi Point Seral, teknik ini
digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan variabel pertama merupakan
gejala nominal sedangkan variabel kedua berbentuk interval. Misalnya korelasi
antara jenis kelamin dengan kecakapan berbahasa.
8. Korelasi Parsial. Korelasi ini digunakan
untuk mengontrol pengaruh suatu variabel terhadap besarnya korelasi
variabel-variabel lain. Misalnya hubungan antara variabel X1 dengan X2
dikontrol oleh variabel X3.
9. Dan lain-lain.
Berikut ini tabel pedoman untuk memilih
teknik korelasi dalam pengujian hipotesis.
Tabel
2
Pedoman
untuk Memilih Teknik Korelasi dalam
Pengujian
Hipotesis
Macam / Tingkat Data
|
Teknik Korelasi yang digunakan
|
Nominal
|
1.Koefisien
Kontingency
2.Phi
|
Ordinal
|
1.Spearman Rank
2.Kendal Tau
|
Interval dan Ratio
|
1.Product Moment
2.Korelasi Ganda
3.Korelasi Parsial
|
4) Analisis Regresi
Korelasi dan Regresi keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada korelasinya, tetapi
korelasi belum tentu dilanjutkan dengan Regresi. Korelasi yang tidak
dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi antara dua variabel yang tidak
mempunyai hubungan kausal/ sebab akibat, atau hubungan fungsional. Untuk
menetapkan kedua variabel berupa hubungan kausal atau tidak, maka harus di
dasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel tersebut.
Misalnya nilai fisika dengan nilai
matematika, dapat dikatakan sebagai hubungan kausal; pengaruh antara nilai
bahasa arab dengan nilai tafsir, dan lain-lain. Pengaruh kepemimpinan dengan
keputusan kerja pegawai dapat dikatakan mempunyai hubungan fungsional.
Dalam melakukan analisis korelasi terlebih
dahulu harus diketahui apakah variabel-variabel yang akan dikorelasikan itu
merupakan regresi linear atau regresi nonlinear, karena hal ini akan menentukan
teknik analisis korelasi mana yang akan dipergunakan dalam menganalisis data.
Regresi dibagi dua, regresi sederhana/linear dan regresi ganda.
a) Regresi Linear
Untuk mengetahui apakah variabel-variabel
yang akan dikorelasikan itu merupakan regresi linier atau regresi non linier
ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode tangan bebas dan metode
kuadrat terkecil. Metode tangan bebas diagram pancar. Sedangkan metode kuadrat
terkecil menggunakan rumus tertentu. (Lihat buku statistik)
b) Regresi Ganda
Regresi Ganda berguna untuk mencari pengaruh
dua variabel predikator atau untuk mencari hubungan fungsional dua variabel
predikator atau lebih terhadap variabel kriteriumnya, atau untuk meramalkan dua
variabel predikator atau lebih terhadap variabel kriteriumnya. Dengan demikian
multiple regretion digunakan untuk penelitian yang menyertakan beberapa
variabel sekaligus. Misalnya seberapa besar konstribusi kemampuan statistik
(XI) dan kemampuan bahasa (X2) terhadap kemampuan metodologi penelitian.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pendapat akhir yang disusun berdasarkan uraian
sebelumnya. Oleh karena itu, letak kesimpulan berada pada akhir dari sebuah
laporan penelitian. Kesimpulan merupakan konklusi yang ditarik dari pembuktian
hipotesis yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu. Kesimpulan harus relevan
dengan permasalahan dan tujuan penelitian, sebab kesimpulan itu merupakan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang merupakan permasalahan penelitian yang
telah dipaparkan pada bagian pendahuluan.
Dengan demikian, tidak dibenarkan apabila sesuatu yang dibahas dalam
bab-bab penguraian diambil sebagai kesimpulan. Kesimpulan bukanlah merupakan
ikhtisar dari pada yang telah ditulis terdahulu. Ikhtisar dapat dilakukan,
tetapi dengan tujuan untuk mencapai hubungan antara sekelompok data dan pokok
masalah agar sampai kepada kesimpulan-kesimpulan tertentu.
5.2. Saran
Saran merupakan pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan
untuk dipertimbangkan. Saran merupakan implikasi dari kesimpulan. Oleh sebab
itu, saran baru bisa disusun setelah kesimpulan selesai dirumuskan. Saran
ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil peneliti
berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.