Panduan Penulisan Skripsi

BAB I 
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
 Latar belakang merupakan pondasi dari seluruh proses penelitian. Sebab semua konsep dasar dijelaskan disini. Latar belakang masalah berisi uraian tentang : 
1.      Dasar-dasar pemikiran tentang urgensi masalah yang diteliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Secara teoritis hal ini diuraikan dengan bertitik tolak  dari suatu teori yang relevan dengan permasalahan, kemudian dilakukan kajian terhadap berbagai penelitian yang pernah dilakukan tentang itu dan beberapa sumber bacaan terkait. Selanjutnya teori itu dilihat realisasinya dalam kenyataan empiris.
2.      Ungkapan tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik, serta uraian mengenai usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk mengatasinya.
3.      Uraian tentang signifikasi penelitian yang dilakukan. Disini diuraikan argumentasi pentingnya penelitian itu dilakukan dalam hubungan dengan ilmu, pemecahan masalah, kebijakan atau berkaitan dengan pembangunan. Argumentasi tersebut dapat dilihat dari fakta empiris maupun dedukasi teori. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh apabila masalah tersebut diteliti.
Latar belakang harus mengantarkan pembaca kepada masalah yang diteliti sehingga harus menjabarkan apa dan mengapa judul dan makna yang terkandung didalamnya perlu diteliti. Harus dihindari uraian yang bertele-tele atau memulai dari hal yang terlalu jauh dengan masalah yang diteliti. Kerangka uraian didalam latar belakang biasanya berbentuk pyramid terbalik.

 










Untuk ukuran merumuskan latar belakang masalah secara runtut, jelas dan tajam maka peneliti dituntut mampu membaca dan melaksanakan gejala-gejala yang muncul dalam bidang keilmuannya. Untuk itu pengetahuan peneliti yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait merupakan syarat mutlak (terutama untuk S2 dan S3). Ini merupakan alasan lain mengapa penelahaan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus dilakukan sejak awal.



1.2.  Permasalahan
Suatu penelitian berangkat dari permasalahan. Masalah dalam penelitian (terutama peneliti agama) dapat mengacu pada salah satu pengertian berikut:
a.       Sesuatu yang belum diketahui terutama oleh masyarakat luas mengenai suatu masalah yang penting.
b.      Kesengajaan antara cita-cita (yang ideal atau seharusnya manurut teori) dengan fakta, atau yang normative idealistic dengan historis sosiologis.
c.       Sesuatu yang unik, menyebar dari mainstream yang ada.
d.      Sesuatu yang luar biasa, dan apabila diteliti akan mengandung banyak keutamaan dan pengetahuan.

1.2.1.   Identifikasi Masalah
Mengidentidikasi masalah berarti mengenal, menemukan atau menampilkan hal yang spesifik yang diangkat dari materi yang masih bersifat umum. Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah ilmiah. Dengan melakukan identifikasi masalah peneliti dapat dijadikan sebagai dasar pembatasan masalah. Pada bagian ini dikemukakan masalah-masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

1.2.2.  Batasan Masalah
Batasan masalah mempunyai kaitan erat dengan identifikasi masalah. Belum tentu masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat diteliti. Keterbatasan yang dimiliki mahasiswa menyebabkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi tidak dapat ditelitisemuanya, namun hanya sebagian saja. Bahasa lain untuk “batasan masalah” adalah “ruang lingkup”. Keterbatasan waktu, pemikiran, data, dan biaya memungkinkan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. Pembatasan masalah/ ruang lingkup dapat dilakukan dengan membatasi objek penelitian, ruang atau tempat (spatial) penelitian, dan waktu (temporal) penelitian.

1.2.3.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah tidak sama dengan permasalahan. Rumusan masalah berdasarkan pada masalah pokok yang terdapat pada latar belakang. Masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian ini dirumuskan dalam kalimat pertayaan yang singkat dan sederhana, yang isinya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu dijawab. Rumusan masalah merupakan bagian inti penelitian, sehingga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam penyusunan judul dan hipotesis. Rumusan masalah juga harus selaras dengan pembatasan masalah diatas. Rumusan masalah berbentuk poin-poin minimal 2 (dua) poin.

1.3.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam bagian ini disebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian dirumuskan selaras dengan dan berorientasi pada acuan-acuan pertanyaan didalam masing-masing rumusan masalah. Dengan kata lain, ia menjawab pertanyaan penelitian. Adapun bentuknya dirumuskan berupa kalimat deklaratif. Lebh jauh, tujuan penelitian mencerminkan langkah operasional penelitian seperti diisyaratkan oleh arah ruang lingkup perumusan masalah. Dengan demikian, tujuan penelitian sama sekali bukan berarti tujuan pembuatan skripsi.
Kegunaan penelitian mencerminkan nilai manfaat praktis dan sumbangan ilmiah dari penelitian. Artinya, manfaat apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut untuk diteliti, lembaga/ institusi serta pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian. Sementara itu, sumbangan ilmiah biasanya terletak pada harapan dapat dibangunnya landasan teoritis bagi persoalan yang diteliti.


BAB II
KAJIAN TEORI

Dalam kajian teori peneliti menjelaskan (a) konsep teoritis yang berkaitan dengan masalah atau variable yang diteliti. Selain teori, juga dilengkapi dengan (b) temuan atau hasil penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain sebelumnya dalam bidang masalah atau variable yang sama, baik yang sejalan maupun yang berbeda dengan teori yang sedang atau akan dikemukakan. Berdasarkan teori dan hasil temuan tersebut, penelitian dapat mengembangkan (c) konsep opersional yang benar, tepat dan sistematis dengan permasalahan yang diteliti. Selanjutnya apabila peneliti mengajukan (d) hipotesis penelitian, maka hipotesis tersebut didasarkan pada teori-teori dan hasil temuan tadi yang dirumuskan dalam suatu pernyataan yang jelas. Hipotesis tersebut harus dapat diuji secara statistic.
Jadi, secara umum, penyusunan kajian teori memuat empat aspek, yaitu: konsep teoritis, penelitian yang relevan, konsep operasional, serta asumsi dan hipotesis (jka ada). Berikut ini penjelasan masing-masing aspek secara lebih jelas dan rinci tentang apa, mengapa, baaimana dan seperti apa penyusunan aspek-aspek tersebut.

2.1.  Konsep Teoritis
Konsep teoritis adalah identifikasi masalah-masalah yang dijadikan sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian. Konsep teoritis ini mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan. Konsep teoritis ini menyangkut konsep, perspektif, pendekatan dan sebagainya. Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang penelitian perlu menelaah teori-teori yang ada yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.
Adapun guna dari konsep teoritis yang dijadikan sebagai rujukan ialah agar penelitian dapat:
  1. Memfokuskan aspek yang akan diteliti.
  2. Mempertajam permasalah
  3. Mencari pendekatan-pendekatan baru yang akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti.
  4. Memberikan dasar untuk pengembangan desain atau rancangan penelitian.
  5. Menjadikannya sebagai kerangka berfikir dalam menetapkan instrumen dan penafsiran data yang nantinya akan diperoleh,
  6. Mendasari analisis data.

Untuk membuat konsep teoritis, ada tiga langkah pokok yang dapat dilakukan, yaitu:
  1. Membuat daftar kata-kata, istilah-istilah atau konsep-konsep kemudian mencari penjelasannya dalam beberapa referensi, seperti kamus, ensiklopedi, jurnal dan buku-buku teks.
  2. Memeriksa kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik yang dipilih kemudian mencari pendapat-pendapat pakar tentang topik tersebut terutama yang diambil dari temuan penelitian yang dilaksankana sebelumnya.
  3. Membaca dan mencatat konsep teoritis yang diambil dari bahan bacaan yang sudah dipilih (selected references) untuk dijadikan dasar kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian yang sedang dijalankan.
  4. Menggunakan atau mengutip teori-teori tersebut ketika menjelaskan konsep-konsep yang diperbincangkan, baik dengan cara menggunakan kata-kata atau kalimat dari peneliti sendiri (paraphrase) atau mengutip langsung kata-kata atau kalimat dari penulis atau peneliti terdahulu (citiation).

Sebagai contoh, peneliti akan meneliti tentang “Efektifitas Outdoor Activities Dalam meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing” maka dia akan menggunakan tiga konsep teoritis yang berbeda untuk menjelaskan masalah yang diajukan sesuai dengan variabel-variabel-variabel yang ada dalam penelitiannya, yaitu Outdoor Activities, motivasi belajar.
Dan prestasi belajar bahasa asing. Untuk itu, dia hendaknya terlebih dahulu (a) membuat daftar kata atau istilah yang berkaitan dengan tiga variabel diatas, yaitu Outdoor Activities, motivasi belajar dan prestasi belajar bahasa asing. Kemudian (b) mengumpulkan bahan-bahan (buku, artikel, dan sebagainya) yang berkaitan dengan tiga variabel diatas, yaitu “Outdoor Activities” “Motivasi Belajar Bahasa Asing” dan “Prestasi Belajar Bahasa Asing” secara umum begitu juga konsep teoritis motivasi belajar dan prestasi belajar secara umum begitu juga konsep teoritis motivasi belajar dan prestasi belajar secara umum dan kemudian memberikan penekanan pada aspek keterkaitan “Outdoor Activities” dengan peningkatan “Motivasi Belajar” dan peningkatan “Prestasi Belajar Bahasa Asing” yang akan digunakan dalam penelitian. (c) Selanjutnya, penelitian mencatat konsep-konsep teoritis dari berbagai sumber dan pendapat tentang tiga variabel diatas dan keterkaitan antara satu sama lainnya yang diambil dari beberapa bahan bacaan yang sudah dipilih, dan (d) menggunakan konsep-konsep teoritis tersebut ketika menjelaskan ketiga konsep tadi dalam penelitian.



2.2.  Penelitian yang Relevan
Bagian ini memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian lain dan memeiliki kaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Di sini harus dicari dan diuraikan berbagai desain dan temuan penelitian yang telah dilaksanakan orang yang relevgan dengan topik penelitian yang sedang atau akan dilaksanakan.
Tinjauan terhadapa penelelitian terdahulu ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari duplikasi pada desain dan temuan penelitian. Di samping itu, untuk menunjukkan orisinalitas yang lain dalam konteks yang sama. Selain itu, dengan mengenal penelitian terdahulu, akan sangat membutuhkan penelitian dalam memilih dan menetapkan desain penelitian yang sesuai karena penelitian memperoleh gambaran dan perbandingan dari desain-desain yang telah dilaksanakan.
Dengan menggunakna hasil-hasil penelitian terdahulu yang terbaru atau terkini sebagai landasan berfikir dihadirkan permasalahan yang akan dikaji dalam alasan mengapa masalah tersebut dikaji kembali akan dapat dikemukakan lebih tajam lagi. Oleh karena itu pembahasan penelitian yang relevan dengan topik yang akan dikaji hendaknya mendapat tempat yang proposional dalam menyusun kerangka teoritis.
Sebagai contoh, dalam kajian seperti diatas tentang “Efektifitas Outdoor Activities dalam Meningkatkan Motivasi dan Mahasiswa dalam Belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing” maka harus dicari informasi tentang penelitian apa saja yang telah dilakukan penelitian lain tentang Efektifitas Outdoor Activities baik dalam meningkatkan motivasi maupun prestasi belajar bahasa asing. Apabila tidak ada penelitian sejenis, maka paling tidak ada jenis penelitian tentang Outdoor Activities yang berkaitan dengan motivasi belajar bahasa asing dan prestasi belajar bahasa asing dengan kaitannya belajar luar kampus.

2.3.  Konsep Operasional
Konsep Operasional merupakan definisi operasional dari semua variabel yang dapat diolah dan buka merupakan devinisi konseptual. Disini variabel yang akan diteliti didefinisikan secara operasional yang menggambarkan secara mengukur variabel tersebut, dengan demikian mudah diidentifikasi dan mudah dikumpulkan datanya, karena sudah operasional dan dapat diukur atau diobservasi.
Dengan telah dioperasionalkannya konsep-konsep yang menjadi obejek penelitian diharapkan peneliti dapat diidentifikasi dengan jelas poin-poin apa saja yang akan dikumpulkan datanya di lapangan dan bagaimana cara mengumpulkan data tersebut.
Cara yang praktis dalam menurunkan konsep teoritis menjadi konsep operasional ialah dengan mengubah konsep-konsep yang abstrak yang sulit diidentifikasi atau diukur menjadi kata-kata operasional yang bisa diidentifikasikan atau diukur dan dapat dikumpulkan datanya, begitu juga konsep teoritis tentang “Prestasi Bejalar Bahasa Inggris”.
Untuk menjelaskan hubungan antara ketiga konsep diatas dapat digunakan kerangka berfikir atau model hubungan yang dikonsepsikan dengan memperlihatkan hubungan yang dikonsepsikan dengan memperlihatkan hubungan antara variabel. Cara menyusun kerangka berfikir ialah dengan menjelaskan apa yang menjadi variabel bebas (X) dan apa pula yang akan dijadikan sebagai variabel terikat (Y). sebagai gambaran dapat dilihat dari kerangka berfikir berikut ini:
 








Teori
Outdoor Activities
Motivasi Belajar
Perstasi Belajar
Konsep
Belajar Bahasa Inggris di luar Kampus
Kekuatan yang mengarahkan dan memberikan energi terhadap perilaku
Hasil Belajar
Operasional
a)       Belajar Bahasa Inggris di luar kelas.
b)      Belajar Bahasa Inggris sambil melaksanakan kegiatan lain yang menarik.
c)       Belajar Bahasa Inggris dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau tempat wisata dimana terdapat native speakers.
d)      Belajar Bahasa Inggris sambil bermain, berkemah

a)       Kemauan yang kuat untuk belajar Bahasa Inggris.
b)      Keinginan yang kuat untuk memulai belajar Bahasa Inggris
c)       Memulai kegiatan belajar dengan penuh enerjik.
d)      Belajar Bahasa Inggris dengan kemauan sendiri tanpa ada pengaruh luar.
Skor tes yang diberikan oleh guru dalam bidang studi Bahasa Inggris berkisar antara 1 s/d 100

Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin aktif seorang siswa mengikuti kegiatan Outdoor Activities berarti semakin tinggi motivasi belajar Bahasa Inggris. Pada tingkat konsep dikemukakan mengenai aktivitas belajar luar kampus (sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan begitu juga hasil belajar sebagai variabel terikat kedua (Y2)).
Pertanyaannya ialah: seandainya seorang siswa aktif mengikuti Outdoor Activities, apakah motivasi belajarnya akan tinggi? Dan apakah hasil belajarnya akan lebih tinggi pula? Pertanyaan seperti ini masih belum dapat dijawab secara tuntas, karena selain perlu membuktikan dilapangan, pertanyaan seperti ini masih dalam taraf konsep dan masih sukar diukur di lapangan karena masih belum jelas poin-poin yang berubah tersebut. Oleh sebab itu konsep teoritis dari ketiga variabel tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk yang lebih operasional.
Pada contoh diatas apa yang dimaksud dengan Outdoor Activities didefinisikan sebagai “Activities belajar di luar Kampus”, sedangkan motivasi belajar didefinisikan sebagai “Keinginan Belajar yang kuat” dan hasil belajar didefinisikan sebagai
“Skor-skor” yang diperoleh siswa berdasarkan hasil ujian (tes) yang diberikan kepada siswa oleh guru dalam bidang studi Bahasa Inggris. Rumusan terakhir inilah kelak akan diamati. Poin-poin tersebut sudah bisa diidentifikasi dan dikumpulkan data karena sudah operasional.


2.4.Asumsi dan Hipotesis (jika ada)
Hipotesis adalah “jawaban sementara” terhadap permasalahan yang diajukan. Sebelum penelitian mengadakan pengumpulan data dilapangan dan menganalisisnya untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan, penelitian terlebih dahulu memberikan jawaban sementara. Jawaban sementara ini perlu diuji atau dijawab melalui pengumpulan data dilapangan dan analisis data untuk membuktikan apakah jawaban sementara tersebut terbukti kebenarannya atau tidak.
Tujuan merumuskan hipotesis ialah agar (a) objek yang dikaji jelas, (b) kegiatan penelitian terarah, dan (c) membantu penelitian mengkonfirmasikan teori.
Meskipun jawaban sementara ini disebut diawal atau sebelum proses penelitian, namun tidak berarti hipotesis dapat dirumuskan secara serampangan, karena jawaban tersebut harus merupakan jawaban bernalar. Cara yang bijaksana dalam merumuskan hipotesis ialah dirumuskan dalam kalimat deklaratif, yang menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan ketika membuat hipotesis ialah sebagai berikut:
  1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk hubungan yang diharapakan antara dua variabel atau lebih.
  2. Hipotesis didasarkan atas konsep teoritis tertentu atau keyakinan (benar) sebagai landasan dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji.
  3. Hipotesis dapat diuji.
  4. Hipotesis jelas dan konsisten dengan apa yang dikaji.
Contoh Hipotesis yang dapat diujikan untuk model penelitian tentang “Efektifitas Outdoor Activities dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Mahasiswa dalam Belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing” seperti diatas ialah sebagai berikut:

Ho       :     Tidak ada hubungan antara keaktifan mahasiswa dalam mengikuti outdoor activities dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa asing.






BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Dalam laporan penelititan, istilah yang digunakan dalam bab ini adalah metode penelitian bukan metodologi penelitian. Metodologi bersifat keilmuan yang membahas metode, sedangkan metode bersifat teknis, yakni cara-cara tertentu yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan dan mengolah atau menganalisis data penelitian.
Beberapa aspek yang termasuk kedalam metode penelitian adalah waktu dan tempat penelitian, objek dan subjek penelitian, populasi sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (teknik pembahasan).

3.1.  Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian menunjukkan batas penelitian itu dilakukan dari mulai hingga berakhir. Dengan kata lain, waktu penelitian menunjukkan kapan penelitian itu dilakukan. Penelitian harus menyebutkan waktu penelitiannya, misalnya penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga Juli 2011, berarti waktu penelitiannya adalah enam bulan.
Tempat penelitian menunjukkan lokasi dimana penelitian dilakukan. Untuk penelitian lapangan, lokasi penelitian bisa di sekolah atau madrasah, organisasi pemerintah, organisasi social kemasyarakatan dan lain sebagainya, sedangkan untuk penelitian kepustakaan tempat penelitiannya adalah perpustakaan.
Misalnya sebuah judul : Kemampuan Guru-guru Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Proses Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Dumai. Tempat penelitiannya adalah MAN Dumai.
Sebaiknya peneliti menjelaskan alasan pemilihan tempat penelitiannya. Pemilihan tempat penelitian harus objektif; misalnya karena masalah yang diteliti sesuai dengan bidang ilmu yang peneliti pelajari dan masalah yang diteliti ada pada tempat tersebut.

3.2.  Objek dan Subjek Penelitian.
Objek penelitian adalah masalah yang dijadikan fokus utama penelitian. Secara lebih khusus, objek penelitian adalah masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian. Dalam judul diatas, objek penelitiannya adalah kemampuan menerapkan KBK dalam proses pembelajaran.
Subjek penelitian merupakan sumber data penelitian. Subjek penelitian berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Dalam penelitian sosial dan kependidikan khususnya penelitian kependidikan Islam, subjek penelitian bisa berupa manusia dan berupa benda. Oleh sebab itu, subjek penelitian berkenaan dengan siapa dan dari mana data diperoleh serta dimana data itu melekat. Dalam penelitian diatas, subjeknya adalah manusia, yakni guru-guru yang mengajar di MAN Dumai.

3.3.  Populasi dan Sampel
Populasi (Population) merupakan keseluruhan (jumlah) subjek atau sumber data penelitian.  Populasi adakalanya terhingga (terbatas) dan tidak terhingga (tidak terbatas). Sampel merupakan populasi atau subjek yang dipilih dan ditetapkan sebagai sumber data atau sumber informasi penelitian. Penarikan sampel ditentukan oleh banyaknya populasi atau tingkat heteroginitas populasi.

Demikian juga besaran persentase penarikan sampel juga ditentukan oleh banyaknya populasi karena tidak ada petunjuk baku tentang besaran persentase penarikan sampel. Prinsip keterwakilan harus diperhatikan dalam penarikan sampel. Apabila populasi sedikit dan mampu dijangkau keseluruhannya oleh penelitian, maka tidak perlu diambil sampel. Artinya, keseluruhan populasi diteliti (sampel jenuh).
Apabila peneliti malakukan penarikan sampel, alasan penarikan sampel harus dijelaskan. Misalnya peneliti melakukan menggunakan penarikan sampel dengan cara random sampling, maka peneliti harus menjelaskan proses dan prosedur penarikan sampel secara random dan seterusnya. Penarikan sampel bisa dilakukan dengan secara acak (random sampling), strata sampling, purposive sampling, atau menggabugkan beberapa teknik penarikan sampel seperti strata random sampling, serta purposive random sampling dan lain-lain sebagainya.
Teknik nama yang digunakan ditentukan  karakteristik atau sifat subjek penelitian atau karakteristik variable penelitian. Apabila sifat subjeknya adalah homogen (relative sejenis), maka penarikan sampelnya bisa dilakukan secara acak (random) dan apabila sifat subjeknya homogen, maka penarikan sampelnya bisa dilakukan secara strata. Apabila sampelnya diambil sesuai proporsinya anggota populasi yang banyak diambil dan yang sedikit diambil sedikit, maka penelitian bisa menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan seterusnya.
Untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, misalnya pada penelitian korelasi dan komparasi sampel minimal adalah 30 orang, sedangkan untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, sampel kurang dari 30 orang.


3.4.Teknik Pengumpulan Data.
Penelitian merupakan kegiatan yang procedural (harus dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur tertentu). Oleh karena itu, sebelum peneliti turun kelapangan mengumpulkan data, peneliti harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.      Mengurus surat izin riset atau penelitian melalui Prodi. Kantor Kesbang, Instansi terkait (Kemedikbud, Kemenag, dll baru ketempat penelitian.
2.      Membuat instrument penelitian (alat pengumpulan data)
3.      Melakukan validitas dan keabsahan instrument melalui ujicoba instrument ke lapangan. Setelah instrument dianggap layak baru dilakukan penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara tertentu atau teknik-teknik tertentu yang digunakan oleh penelitian dalam pengumpulan data. Peneliti harus menjelaskan dalam desain dan laporan hasil penelitiannya tentang cara-cara atau teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap sumber data. Observasi bisa dilakukan secara terlibat (partisipan) dan tidak terlibat (non partisipan). Dalam pengamatan terlibat, penelitian ikut terlibat dalam pengamatan yang tidak dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber data penelitian, sedangkan dalam pengamatan yang tidak terlibat, penelitian tidak terlibat dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber data penelitian.
Di dalam desain penelitiannya, peneliti harus menjelaskan siapa dan apa yang diobservasi, tanggal berapa dilakukan observsi, serta apa alat yang digunakan untuk melakukan observasi harus sesuai dengan masalah penelitian (rumusan masalah) dan indikator-indikator dalam konsep operasional.

Wawancara
Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog secara lisan dimana peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden atau informan dan resonden atau informasi juga menjawabnya secara lisan.
Sebagaimana halnya observasi, dalam desain penelitiannya, penelitian juga harus menjelaskan siapa yang diwawancarai, wawancara tentang apa, kapan dan dimana dilakukan wawancara, serta apa alat yang digunakan untuk melakukan wawancara.
Alat yang digunakan untuk melakukan wawancara bisa berupa pedoman wawancara dan tape recorder. Hal-hal yang diwawancarai harus sesuai dengan masalah penelitian (rumusan masalah) dan indicator dalam konsep operasional.

Angket
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan secara tertulis kepada responden. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket harus merujuk kepada masalah (rumusan masalah) penelitian dan indikator-indikator dalam konsep operasional.
Peneliti juga harus menjelaskan siapa yang diangket, angket tentang apa, dan bagaiman cara penyebaran angket apakah melalui pos atau peneliti langsung menyebarkan ke lapangan.

Dokumentasi
Cara atau teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa sejumlah dokumen yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam desain penelitian, peneliti harus menjelaskan dokumen apa yang dikumpulkan data dan bagaimana cara mengumpulkan data tersebut. Pengumpulan data melalui dokumen bisa menggunakan alat kamera (video shoting), atau dengan foto copy.
Teknik pengumpulan data diatas adalah alternatif; artinya peneliti boleh memilih salah satu diantara cara-cara diatas untuk digunakan sebagai cara pengumpulan data, tentunya disesuaikan dengan masalah yang diteliti.

3.5.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu proses mengklasifikasikan, memberikan kode-kode tertentu, mengolah dan menafsiran data hasil penelitian menjadi bermakna. Dalam desain penelitiannya, penelitian harus menjelaskan cara atau teknik apa yang digunakan untuk menganalisa data. Setidaknya ada tiga cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu : (1) analisa deskripsi (deskripsi kualitatif dengan persentase), (2) korelasi, dan (3) komparasi. Selanjutnya tentang bagaimana prosedur kerja analisa data atas bisa dilihat dalam bab tentang analisa data.


BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, ada dua hal yang akan dibahas, yaitu penyajian dan analisa data penelitian.

4.1.  Penyajian Data
Pengertian Data, Data adalah segala sesuatu yang sudah dicatat. Segala sesuatu itu bisa berbentuk dokumen, batu-batuan, air, pohon, manusia. Data digolongkan menjadi beberapa golongan atau jenis. Dilihat dari sifatnya, data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dilihat dari sumbernya, data dikenal dengan data primer dan data sekunder. Dilihat dari skalanya, dikenal dengan nominal, ordinal, interval dan rasio. Dilihat dari sifatnya yang lain, data dikenal dengan data kontinus dan data kategorial.
Sifat Data Data dapat dilihat dari sifatnya terdiri dari Pertama, data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat atau non angka. Seperti jenis pekerjaan seseorang (Petani, Pedagang, Pegawai Negeri, TNI/ POLRI, Wiraswasta, dll). Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi). Data Kualitatif dapat dikuantifikasikan sesuai dengan kebutuhan.
Penting diperhatikan bahwa data kualitatif berbeda dari penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengacu kepada metodologi penelitian dengan paradigma yang khas dan berbeda dari data kuantitatif (non kuantitatif). Sedangkan data kualitatif mengacu kepada data yang bersifat non-angka.
Kedua, data kuantitatif, data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka. Misalnya berat badan 56 kg, tinggi 165 cm, kecepatan berlari, frekuensi kehadiran kuliah dan lain-lain.

4.2.  Sumber Data
Dilihat dari sumbernya data terbagi dua, yaitu data primer dengan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa perantara, dari sumbernya. Sumber ini berupa berbeda-beda, situs, atau manusia. Misalnya seorang antropolog mendapatkan data primernya dengan cara dating langsung ke suatu desa untuk mengamati kehidupan suatu suku didesa tersebut.
Sedangkan data sekunderadalah data yang diambil secara tidak langsungdari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah).

4.3.  Skala Data
Dilihat dari skala data, maka data dapat dikelompokkan menjadi data nominal, ordinal, rasio, kontinus, dan diskrit (katagorial).
a.       Data Nominal
Yaitu data yang penyusunannya diklasifikasikan dalam beberapa kategori saling lepas (matual exclusive) dan tuntas (exhaustive), masing-masing kategori ini mempunyai kedudukan setara. Contoh: Data tentang jenis kelamin (laki-laki = 20 orang, perempuan = 30 orang).
Jika pun diberi angka/kode atau simbol (pria = 1, wanita = 2), maka kita tidak bisa dan tidak boleh menafsirkan bahwa wanita lebih dari pria (karena 2>1)
b.      Data Ordinal
Adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Data yang diturunkan dari jenjang paling rendah ke jenjang yang paling tinggi atau sebaiknya dari jenjang yang paling tinggi ke yang paling rendah, dan dalam bentuk kategori/klasifikasi. Contoh: Data tentang kemampuan akademik (pintar, sedang, bodoh) data tentang keaktifan dalam berdiskusi (aktif, sedang, pasif)
c.       Data Interval
Adalah data yang mempunyai jarak yang sama diantara data yang sedang diselidiki, tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut (mutlak). Walaupun datanya nol tetapi masih mempunyai nilai. Misalnya suhu nol derajat Celsius, ternyata masih ada nilainya.
d.      Data Rasio
Adalah data yang mempunyai jarak yang sama diantara data yang sedang diselidiki, tetapi mempunyai nilai nol (absolut). Jadi kalau data itu nol, berarti tidak ada apa-apanya. Contoh: hasil pengukuran panjang, berat, tentang lama waktu pendidikan, data tentang penghasilan.
e.       Data Kuntinus (Continous data)
Adalah data yang belum dikelompokkan sehingga antara satu nilai (data) dengan nilai lainnya belum bisa dibedakan secara jelas menurut satuannya. Misalnya: Sekelompok angka umur mahasiswa (20, 19, 18, 21, 22, 27, dan seterusnya)
f.       Data Kategorikal (Diskrit)
Adalah data yang sudah dikelompokkan sehingga tidak terlihat jelas perbedaan antara data-data yang ada. Misalnya kelompok umur 21-30-31-40-41-50-51-60.

4.4.  Penyajian Data
Setiap peneliti harus dapat menyajikan data sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang diinginkan, baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, quesioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data yang disajikan dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian data komunikatif dapat dilakukan dalam bentuk:

Teks
Teks (textular) atau dikenal juga dengan narasi. Penyajian cara textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Penyajian ini dikenal juga narasi yakni penyajian data melalui deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa misalnya, menyajikan suatu kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
Misalnya: Jumlah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAI Tafaqquh Fiddin Dumai dari tahun 2001 sampai 2005 adalah sebagai berikut: Tahun 2001/2002 laki-laki berjumlah 4 orang, perempuan 27 orang. Tahun 2002/2003 laki-laki berjumlah 7 orang, perempuan 23 orang. Tahun 2003/2004 laki-laki berjumlah 15 orang, perempuan 62 orang. Tahun 2004/2005 laki-laki berjumlah 26 orang, perempuan 87 orang. Tahun 2005/2006 laki-laki berjumlah 21 orang, perempuan 65 orang

Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian sistematis dari pada data numerik, yang tersusun dalam kolom dan jalur atau jajaran. Dari data diatas dapat juga disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:





Tabel 1.1
Jumlah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai

Tahun
Laki-laki
Perempuan
2001/2002
4
27
2002/2003
7
23
2003/2004
15
62
2004/2005
26
87
2005/2006
21
65
Jumlah
73
264

Diagram
Sedangkan penyajian dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data secara visual. Data diatas juga dapat disajikan dalam grafik dibawah ini:












Secara umum penggunaan ketiga bentuk penyajian ini berbeda. Penyajian secara textular atau narasi biasanya digunakan untuk penelitian data kualitatif. Sedangkan bentuk tabel dan grafik sering digunakan dalam penyajian hasil penelitian kuantitatif. Ketiga bentuk penyajian diatas, tidak perlu dibuat secara bersamaan. Setelah data disajikan dalam bentuk tabel, penulisan tidak perlu mengulang penyajian data dalam bentuk narasi.

4.5.  Analisa Data
Secara umum analisa data meliputi tiga langkah, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan analisis yang digunakan.

Persiapan
Tahapan persiapan ini dilakukan sebenarnya untuk menyortir atau memilih data agar data yang akan digunakan benar-benar data yang memahami syarat penelitian, sehingga dapat dihindari penggunaan data yang tidak memenuhi syarat. Hal ini tentu dimaksudkan agar hasil penelitian benar-benar valid dan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pada tahap pengumpulan data.l oleh karena itu, sebelum data dianalisis perlu dilakukan pembersihan data, agar data yang digunakan benar-benar layak untuk dijadikan sumber informasi dalam penelitian.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan persiapan ini adalah:
a.       Mengecek kelengkapan nama dan identitas pengisi. Hal ini dilakukan untuk kepentingan pengolahan data lebih lanjut.
b.      Mengecek kelengkapan data, yakni memeriksa isi instrumen pengumpulan data. Bila ternyata ada kekurangan halaman atau isi instrumen perlu dilakukan pengembalian atau pengulangan di kancah.
c.       Mengecek isian data, bila dalam isian instrumen ternyata ada beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau jawaban lain yang tidak diharapkan oleh peneliti, maka item ini perlu didrop.

Tabulasi
Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam proses tabulasi data, antara lain sebagai berikut:
  1. Memberi skor item-item yang perlu diberi skor seperti: Tes, Angket bentuk pilihan ganda, Rating Scale dan lain-lain.
  2. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor misalnya: Jenis Kelamin (pria = 1, wanita = 0), tingkat pendidikan (SD = 1, SMP = 2, SMU = 3, PT = 4) dan lain-lain.
  3. Mengubah jenis data sesuai dengan teknik analisis yang akan digunakan. Misalnya: Data ordinal membuat tingkat, data ordinal atau interval diubah menjadi data diskrit.
  4. Memberikan kode (coding). Kegiatan ini dilakukan biasanya untuk memperoleh data dengan menggunakan komputer, misalnya memberikan kode pada semua variabel, lalu menetapkan didalam coding sheet (coding foi), dalam baris beberapa dan kolom beberapa dan seterusnya.

Analisis Data
Analisis data penelitian adalah pengolahan data dengan menggunakan teknik pengolahan data berupa rumus-rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan rumusan masalah dan pendekatan penelitian yang digunakan. Kegiatan, yaitu mendeskripsikan data dan melakukan uji statistika.


Mendeskripsikan Data
Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti penelitian atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Mendeskripsikan informasi dari responden ini ada dua macam. Jika data yang ada adalah kualitatif, maka deskriptif data ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden.
Jika data tersebut dalam bentuk kuantitatif dan ditransfer dalam bentuk angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan menggunakan statistika deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti. Yang termasuk analisis deskriptif pada umumnya termasuk mengukur tendency central dan pengukuran variasi kelompok. Pertimbangan memilih alat uji statistik adalah sebagai berikut:
a.       Pertanyaan penelitian yang digunakan
b.      Keadaan data yang akan dianalisis, antara lain distribusi dan penyebaran data, jenis data dan lain-lain.
c.       Pengetahuan statistik
d.      Ketersediaan sumber data.

Melakukan Uji Statistika
Analisis data dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik atau teknik analisis data yang dilakukan umumnya menggunakan analisis deskripsi, komparasi, korelasi dan analisis untuk melihat pengaruh suatu treatment (regresi).


1)      Analisis Deskripsi
Penelitian deskripsi merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sifat dan analisis data penelitian deskriptif ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bersifat eksporatif dan bersifat developmental.
(a)   Penelitian Deskriptif yang bersifat Eksporatif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan fenomena. Jadi, penelitian ini hanya ingin mengetahui keadaan sesuatu. Misalnya, bila pemerintah bermaksud membangun sekolah di sebuah kota kecil, maka terlebih dahulu pemerintah harus melakukan penelitian tentang layak atau tidaknya sekolah tersebut dibangun didaerah itu, apakah sarana dan prasarananya memadai dan calon siswanya ada.
(b)   Penelitian Deskriptif yang bersifat Developmental
Penelitian jenis ini biasanya digunakan untuk pengembangan berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan sering dilakukan pilot proyek pengembangan model tertentu pada sampel terbatas. Pelaksanaan model tersebut diamati dan dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebagai tujuan. Bila hasilnya memuaskan maka model tersebut dapat diperluas. Jadi sifat penelitian jenis ini menggunakan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
Analisis deskriptif kualitatif dengan maksud mengevaluasi, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan tolak ukur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Analisis deskriptif kuantitatif dengan maksud menggambarkan temuan hasil penelitian dapat dilakukan dengan presentase dan distribusi frekuensi, lalu menganalisis informasi yang ada di balik angka-angka.

2)      Analisis Komparasi
Penelitian komparasi biasanya dilakukan untuk membandingkan dua variabel atau lebih, sehingga akan diperoleh persamaan atau perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, tentang kerja, tentang ide-ide dan lain-lain. Sedangkan penelitian yang bersifat causal comparative studies merupakan penelitian komparatif untuk melihat perbandingan dua kejadian atau lebih, lalu mencari penyebabnya.
Analisis data yang bersifat komparatif harus dilihat terlebih dahulu apakah penelitiannya menggunakan hipotesis atau non hipotesis. Perbedaan penelitian hipotesis dengan penelitian non hipotesis rumusan hipotesis dibuat sebelum analisis data dilakukan, sedangkan penelitian non hipotesis tidak menggunakan rumusan hipotesis.
Analisis komparatif dilakukan dengan berbagai pendekatan. Teknik analisis yang digunakan antara lain tes “t”, chi kuadrat, analisis varian dan lain-lain. Terdapat dua model komparasi, yaitu: komparasi antara dua sampel (bivariat) dan komparasi antara lebih dari dua sampel atau yang dikenal dengan k sampel (multi variat). Setiap model komparasi, sampel/variat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampel yang berkorelasi dan sampel yang tidak berkorelasi (independent).
Sampel yang berkorelasi biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen. Sebagai contoh dalam membuat perbandingan kemampuan kerja pegawai sebelum dilatih dengan yang sudah dilatih, membandingkan nila free tes dengan nilai pos test dan membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (pegawai yang diberi latihan dan tidak diberi latihan).
Sampel yang tidak berkorelasi (sampel independent) adalah sampel yang tidak berkaitan satu sama lain, misalnya akan membandingkan kemampuan kerja lulusan SMU dengan SMK, membandingkan penghasilan petani dengan nelayan dan sebagainya.
Dalam pengujian hipotesis komparatif dua sampel atau lebih (membuat generalisasi) terdapat berbagai teknik statistik yang akan digunakan itu tergantung pada bentuk komparasi dan macam data. Untuk data interval dan ratio digunakan statistik parametik, yaitu yang terukur dan tes-tes statiknya mendekati normal. Untuk data jenis non parameteris dihitung atau dirangking. Tes non parametris dihitung atau didistribusi, tidak bersandar pada asumsi bahwa populasinya memiliki distribusi normal.
Tabel berikut dapat digunakan sebagai pedoman untuk memilih teknik statistik yang sesuai. Untuk lebih jelasnya bagaimana analisis komparatif dilakukan dapat dibaca pada buku-buku statistik.










Tabel 1
Berbagai Teknik Statistik
Untuk Menguji Hipotesis Komparatif

Macam Data
Bentuk Komparatif
Dua sampel (Bevariat)
K Sampel (Multi Variat)
Korelasi
Independent
Korelasi
Independent
Interval/Ratio
t-test* dua sampel
t-test* dua sampel
One Way Anova*
One Way Anova*
Nominal
Mc. Nemar
Chi Kuadrat Dua Sampel Fisher Exact
Chi Kuadrat K Sampel
Chi Kuadrat K Sampel
Ordinal
Sign Test

Wilcoxon
Matched Pairs

Median Test

Man Whitney
U-Test

Kolmogrof
Smilmov

Wald wolfo witz
Friedman Two Way Anova
Median Extention

Kruskal Wall One Way Anova


3)      Analisis Korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika ada hubungan seberapa besar hubungannya. Untuk menyatakan hubungan koefisien korelasi yang besarnya antara 0 sampai + 1.
Hubungan antara dua variabel disebut dengan korelasi bivariat sedangkan hubungan antara tiga variabel atau lebih disebut multivariat. Contoh penelitian yang menyatakan hubungan antara dua variabel adalah korelasi antara kegiatan ekstra kurikuler dengan prestasi belajar. Korelasi yang menunjukkan tiga variabel misalnya hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler, tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa macam teknik analisis korelasi, antara lain:
1.      Teknik Korelasi Product Moment (Product Moment Corelation). Teknik ini digunakan bila variabel yang akan dikorelasikan datanya bersifat continu, homogen atau mendekati homogen dan regresinya linier.
2.      Teknik Korelasi Tata Jenjang (Rank Difference Correlation atau Rank Order Correlation). Teknik digunakan bila subjeknya sebagai sampel (N) jumlah antara 10 – 29 subjek. Data yang akan dikorelasikan adalah data ordinal atau data jenjang.
3.      Teknik Korelasi koofisien Phi (Phi Coefficient Correlation). Teknik ini digunakan bila data yang akan dikorelasikan adalah data yang benar-benar dikotomik (terpisah secara tajam) atau variabel diskrit murni. Misalnya pria – wanita, lulus – tidak lulus, dan lain-lain.
4.      Teknik Korelasi Koefisien kontingensi (contongency coefficient correlation). Teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan berbentuk kategori atau gejala ordinal, misalnya tingkat pendidikan terdiri dari rendah, menengah, dan tinggi.
5.      Teknik Korelasi Point Biserial (Poin Biserial Correlation). Teknik ini digunakan bila dua variabel pertama berbentuk variabel kontinu, misalnya skor hasil tes. Sedangkan variabel kedua berbentuk diskrit murni, misalnya salah betul.
6.      Teknik Korelasi Serial, teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan bila variabel pertama berbentuk variabel berskala ordinal, sedangkan variabel kedua berbentuk interval. Misalnya korelasi  antara prestasi belajar dengan keaktifan dalam berdiskusi (aktif, sedang, pasif).
7.      Teknik Korelasi Point Seral, teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan variabel pertama merupakan gejala nominal sedangkan variabel kedua berbentuk interval. Misalnya korelasi antara jenis kelamin dengan kecakapan berbahasa.
8.      Korelasi Parsial. Korelasi ini digunakan untuk mengontrol pengaruh suatu variabel terhadap besarnya korelasi variabel-variabel lain. Misalnya hubungan antara variabel X1 dengan X2 dikontrol oleh variabel X3.
9.      Dan lain-lain.



Berikut ini tabel pedoman untuk memilih teknik korelasi dalam pengujian hipotesis.

Tabel 2
Pedoman untuk Memilih Teknik Korelasi dalam
Pengujian Hipotesis

Macam / Tingkat Data
Teknik Korelasi yang digunakan
Nominal
1.Koefisien Kontingency
2.Phi
Ordinal
1.Spearman Rank
2.Kendal Tau
Interval dan Ratio
1.Product Moment
2.Korelasi Ganda
3.Korelasi Parsial

4)      Analisis Regresi
Korelasi dan Regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada korelasinya, tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan Regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan kausal/ sebab akibat, atau hubungan fungsional. Untuk menetapkan kedua variabel berupa hubungan kausal atau tidak, maka harus di dasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel tersebut.
Misalnya nilai fisika dengan nilai matematika, dapat dikatakan sebagai hubungan kausal; pengaruh antara nilai bahasa arab dengan nilai tafsir, dan lain-lain. Pengaruh kepemimpinan dengan keputusan kerja pegawai dapat dikatakan mempunyai hubungan fungsional.
Dalam melakukan analisis korelasi terlebih dahulu harus diketahui apakah variabel-variabel yang akan dikorelasikan itu merupakan regresi linear atau regresi nonlinear, karena hal ini akan menentukan teknik analisis korelasi mana yang akan dipergunakan dalam menganalisis data.

Regresi dibagi dua, regresi sederhana/linear dan regresi ganda.
a)      Regresi Linear
Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang akan dikorelasikan itu merupakan regresi linier atau regresi non linier ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode tangan bebas dan metode kuadrat terkecil. Metode tangan bebas diagram pancar. Sedangkan metode kuadrat terkecil menggunakan rumus tertentu. (Lihat buku statistik)
b)      Regresi Ganda
Regresi Ganda berguna untuk mencari pengaruh dua variabel predikator atau untuk mencari hubungan fungsional dua variabel predikator atau lebih terhadap variabel kriteriumnya, atau untuk meramalkan dua variabel predikator atau lebih terhadap variabel kriteriumnya. Dengan demikian multiple regretion digunakan untuk penelitian yang menyertakan beberapa variabel sekaligus. Misalnya seberapa besar konstribusi kemampuan statistik (XI) dan kemampuan bahasa (X2) terhadap kemampuan metodologi penelitian.


BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pendapat akhir yang disusun berdasarkan uraian sebelumnya. Oleh karena itu, letak kesimpulan berada pada akhir dari sebuah laporan penelitian. Kesimpulan merupakan konklusi yang ditarik dari pembuktian hipotesis yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu. Kesimpulan harus relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, sebab kesimpulan itu merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang merupakan permasalahan penelitian yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan.
Dengan demikian, tidak dibenarkan apabila sesuatu yang dibahas dalam bab-bab penguraian diambil sebagai kesimpulan. Kesimpulan bukanlah merupakan ikhtisar dari pada yang telah ditulis terdahulu. Ikhtisar dapat dilakukan, tetapi dengan tujuan untuk mencapai hubungan antara sekelompok data dan pokok masalah agar sampai kepada kesimpulan-kesimpulan tertentu.

5.2.  Saran

Saran merupakan pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Saran merupakan implikasi dari kesimpulan. Oleh sebab itu, saran baru bisa disusun setelah kesimpulan selesai dirumuskan. Saran ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)