Qurban dan Kegemilangan Peradaban
Khutbah Idul Adha 1438 H Lapangan Masjid Nurul Bahri Dumai, 1 Sept 2017
Oleh:Dr. H. M. Rizal Akbar,M.Phil
Oleh:Dr. H. M. Rizal Akbar,M.Phil
Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Dumai
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
*
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ
أَكْبَرُ، * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، * وَللهِ
الْحَمْدُ،
اَللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاَ. لآ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ
عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ
إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn,
segala pujian milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri teladan kita, Rasulullah
Muhammad saw.; kepada keluarga dan para shahabatnya; serta kepada seluruh
umatnya yang senantiasa menaati risalahnya dan berjuang tak kenal lelah untuk
menerapkan dan menyebarluaskan risalah itu ke seluruh pelosok dunia hingga
akhir zaman.
Hari ini umat Islam di seluruh penjuru dunia bersama-sama
menggemakan pujian atas kebesaran Allah SWT. Lebih dari 1,6 miliar kaum Muslim
di seluruh dunia mengagungkan asma-Nya. Mereka melantunkan takbir, tahlil dan
tahmid. Lebih dari 2 juta saudara kita, kaum Muslim dari segala penjuru dunia,
terhampar di Padang Arafah. Mereka menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang
kelima.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Pada hari Idul Adha, 10 Dzul Hijjah 1438 H ini, kembali kita
mengenang peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim as. dalam menaati perintah
Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail. Bagi Nabi Ibrahim as, Ismail
adalah buah hati, harapan dan kecintaannya yang telah sangat lama didambakan.
Akan tetapi, di tengah rasa bahagia itu, turunlah perintah Allah SWT kepada
Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah SWT
berfirman:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Lalu ketika Ismail telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata, “Anakku, sungguh Aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelih kamu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu.” (QS ash-Shaffat [37]:
102).
Menghadapi perintah itu, Nabi Ibrahim as. mengedepankan kecintaan
yang tinggi, yakni kecintaan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaan yang
rendah, yakni kecintaan kepada anak, harta dan dunia. Perintah amat berat itu
pun disambut oleh Ismail as. dengan penuh kesabaran. Dia pun mengukuhkan
keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:
قَالَ
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
Ismail berkata, “Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepada
engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS ash-Shaffat [37]: 102).
Peristiwa itu dikenang dalam sejarah Umat Islam dan diabadikan
dengan Ibadah qurban. dari segi istilah, qurban berasal dari bahasa Arab: qoroba,
yaqrobu, qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya “dekat”. Dengan
demikian, secara istilah, qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sementara, kata udhiyyah yang merupakan istilah lain dari qurban
artinya hewan sembelihan pada waktu dhuha. Qurban atau udhiyyah
adalah prosesi ibadah penyembelihan hewan di waktu dhuha yang dilakukan pada hari
raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari Tasyriq (11 – 13 Dzulhijjah)
dengan tujuan untuk mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah SWT.
Mendekatan diri kepada Allah SWT, merupakan tujuan dari semua
ibadah yang dijalankan oleh seorang Muslim. Namun dalam konteks qurban
pendekatan itu memiliki dimensi pengorbanan yang bersifat material tertentu
sebagaimana yang telah disyariatkan. Selain itu, ibadah qurban juga menghendaki
kepada mereka yang melaksankannya untuk memaknai ibadah tersebut dengan taqwa. Untuk
itu, motivasi dan tujuan selain taqwa kepada Allah SWT, seperti pengakuan
sosial, supaya dengan mengikuti qurban dia dapat diakui ditengah masyarakatnya,
atau dianggap orang mampu atau alasan-alasan apapun selain taqwa, akan
menyebabkan ibadah qurban itu menjadi tertolak.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Ibadah qurban memiliki dimensi yang luas. Selain berdimensi
ubudiah, Iyannya juga berdimensi sosial. Dari persfektif sosial, ibadah qurban
seakan-akan menegaskan kepada kita bahwa tidak ada kejayaan, kecemerlangan,
kegemilangan dan keterbilangan peradan yang bakal diperoleh tanpa sebuah
pengorbanan. Ismail yang akhirnya dinobatkan oleh Allah SWT sebagai seorang
Nabi, setelah menjalankan ujian keimanaan yang luar biasa, sebagaimana pristiwa
penyembelihan tersebut. Nabi Ya’kub diuji dengan penderitaan kerinduan sampai
membawa kepada kebutaan matanya akibat terpisah dengan anak kesyangannya selama
30 tahun lebih yakni Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf AS pula diuji bukan hanya
terpisah dari ayahnya, dia diuji dengan godaan wanita cantik bahkan harus
mengalami hidup dipenjara. Nabi Musa AS harus merasakan ujian tersesat menuju
Palestina, selama 40 tahun lamanya bersama kaunya Bani Israil, setelah lepas dari
kejaran Firaun dan tentaranya. Demikian pula halnya dengan Nabi Muhammad SAW, bahkan
beliau mendapat cobaan dan ujian yang teramat berat dalam menyerukan kebenaran
Islam. Beliau pernah dilempari batu dan kotoran, serta penyiksaan-penyiksaan
lainnya oleh kaum kafir Qurais.
Tapi lihatlah semua ujian-ujian itu mereka lalui dengan tabah
seraya berserah diri kepada Allah SWT. Mereka para Nabi dan Rasul itu
sedikitpun tidak pernah menyerah dengan segala kesulitan yang menghadang
perjuangan. Mereka sadar betul dengan satu keyakinan bahwa bukakah ada Allah
yang mengatur dan memiliki segala rencana, dan bukankah dibalik kesulitaan itu akan
datang kemudahan serta kejayaan yang membawa kepada kebahagiaan.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5-6)
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Indahnya keimananan dan ke-Islaman yang kita rasakan saat ini
adalah berkat pengorbananan yang tiada henti dari mereka para Nabi serta Rasul
Utusan Allah itu, terutama baginda nabi besar Muhammd SAW beserta keluarga dan para sahabat dan syuhada
yang telah mengorbankan segalanya. Bukan sebatas Sapi atau Kambing. Mereka
dengan segala jiwa dan raga berjuang mengokohkan panji Islam keseluruh pelosok
Dunia. Berawal dari dua kota kecil di
jazirah Arab, Mekah dan Madinah, Islam berkembang dan melebarkan sayapnya
hingga ke Andalusia di Spanyol dan bahkan benteng yang berdiri kokoh selama
berabad-abad lamanya di konstantinovel Eropa dapat dikuasi oleh umat Islam. Kejayaan
ummat Islam pada masa itu sangat besar ditopang oleh semangat berkorban dalam
memperjuangkan agama, sehingga hari ini kita tinggal menikmati betapa indahnya
nikman Iman dan Islam itu.
Iman yang sempurna dalam ke-Islaman merupakan nikmat yang tiada
taranya. Dengan nya, hati menjadi lapang dan jiwapun menjadi tenteram. Betapa
malangnya bagi orang-orang yang tidak mengerti tetang hakikat ini. Hidupnya
terlunta-lunta tidak tahu akan makna kehidupannya di dunia, sehingga
menyebabkan mereka hanyut dalam kegelisahan yang tiada bertepi. Kesana-kemari
mengejar kenikmatan dunia, berduka nestapa bahkan tidak jarang ada yang stress
bahkan bunuh diri, karena tidak menjumapi makna kebahagian hidup yang
sesungguhnya. Namun dengan Iman dan Islam, semua kegaduhan itu dapat
terelakkan. Karena seorang Muslim tahu betul bahwa kehadirannya didunia ini
tidak lain adalah dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT pada surat
adz-Dzaariyaat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S
adz-Dzaariyaat ayat 56)
Ibadah merupakan pengabdian yang tertinggi. Maka bagi seorang
muslim tidak ada pengabdian yang lebih tinggi dari itu kecuali beribadah hanya
kepada Allah SWT sembari mengharapkan keridhaanya. Sebagai mana firman Allah
SWT dalam surat alfatiah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِي
Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta
pertolongan [al-Fatihah: 5]
Dengan pandangan bahwa Allah SWT sebagai segalanya sumber awal dan
akhir kehidupan ini, maka hidup pasti menjadi bahagia, tidak akan ada lagi
kegaduhan rasa dan perasaan. Karena semuanya harus diserahkan kepada Allah SWT
sebagai zat yang maha mengetahui dan mengatur segala urusan. Itulah keimanan
Islam yang harus kita syukuri, dengannya kita terbebasa dari deraan dunia yang
senantiasa menarik kita kedalam lembah kehinaan dan kesengsaraan.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral
Muslimîn rahimakumulLâh.
Sebentar lagi kita akan melangsungkan penyembelihan hewan quran
sebagai pertanda ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Simbol ketaqwaan itu
hendaknya harus terekam pula dalam jejak kehidupan kita sehari-hari.
Pertanyaannya adalah sudahkah kita melakukan penyembelihan terhadap kesombongan
yang ada pada diri kita masing-masing. Sudahkah kita melakukan penyembelihan
terhadap kekufuran, kejahilan dan kemunafikan yang masih tersesisa didalam diri
kita. Atau sebaliknya sembari kita meneriakan “Bismillahhi Allahhu Akbar”,
dengan pisau yang terhunus dileher hewan-hewan qurban itu, namun di hati kita
masih subur kebencian, kesombongan dan iri hati. Kita hanya dapat mengorbankan
hewan-hewan itu namun tidak mampu membersihkan sifat hewani dalam diri dan
kehidupan kita.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Hari raya idul adha 1438 Hijriah kali ini kita rayakan dalam
suasana yang penuh kegalauan dan kegundahan. Disaat saudara-saudara kita sesama
muslim dibelahan dunia lainnya sedang dihadapkan dengan bencana kemanusia.
Perang dan kegaduhan yang tidak henti di Palestina, Suryah bahkan pembunuhan
dan pengejaran warga Rohingya oleh Rezim militer Myanmar semuanya mengarah
kepada Ummat Islam sebagai objek kejahatan dan pengananiayaan.
Semua bencana yang menimpa kaum Muslim di atas semakin membuktikan
kebenaran pernyataan Rasulullah saw.:
« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى
عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا »
Nyaris berbagai umat menyerang kalian seperti makanan yang disantap
dari tempat sajiannya (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Apa yang diperingatkan oleh Baginda Rasulullah saw. di atas menjadi
kenyataan pada hari ini. Kaum Muslim seolah menjadi santapan para penjajah,
baik dari Barat maupun Timur. Kekayaan alam umat dikuras. Dakwah dan perjuangan
politik mereka dihadang dan dibelenggu. Darah mereka banyak ditumpahkan. Tanah
air mereka dirampas. Mereka sendiri terusir dari negeri mereka. Inilah realita memilukan
kaum Muslim.
Tidak terkecuali dinegeri kita yang tercinta. Upaya-upaya memecah
belah persatuan dan kesatauan bangsa terus didengungkan oleh pihak-pihak
tertentu, seolah-olah ummat ini adalah masalah dalam persatuan itu. Sesungguhnya
itu semua bukan kebetulan tetapi sesuatu yang niscaya akan selalu dan terus terjadi.
Untuk itu bila kita simak dan makniai Ibadah qurban yang disyariatkan
hingga saat ini dari runtutan sejarah panjang nabi Ibrahim AS bahkan sebelumnya
juga terjadi pada dua orang anak nabi Adam AS yakni Qabil dan Habil,
mengisyaratkan bahwa sesungguhnya pertarungan tidak pernah usai dan tidak ada
jaminan bahwa mayoritas akan menang.
Maka sebagai muslim sejati, teruslah kibarkan semangat qurban dalam
hidup dan kehidupan ini. Karena dengan menghayati hakikat qurban maka ummat
akan senantiasa siap untuk menghadapi segala tantangan yang ingin merusak
persatuan dan kesatuan bangsa.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Semangat qurban sudah seharusnya hadir dalam setiap denyut
kehidupan kita saat ini. Karena tanpa dapat dipungkiri, ummat ini telah semakin
jauh tertinggal dalam berbagai hal. Sepantasnya generasi ini harus malu dengan
leluhur kita Daulah Islamiah di abad pertengahan yang telah menoreh kejayaan
dan kecemrlangan baik dalam dunia pendidikan, sains, arsetektur bahkan sistem
hukum dan politik. Sementara hari ini dalam bidang pendidikan, misalnya, kita masih
saja tertatih-tatih dengan utak-atik kurikulum pendidikan yang takpernah cocok.
sistem Full Day School,versus Madrasyah menjadi perdebatan panjang. Lantas
bagimana mungkin kita dapat melahirkan insan-insan terdidik.
Bagi ummat Islam, kita memang memiliki sistem pendidikan dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam, namun malangnya lembaga-lembaga pendidikan
itu tidak mendapat tempat dihati masyarakat muslim yang kini lebih cenderung
materialitik.
Kitapun telah punya sistem ekonomi dan lembaga-lembaga keuangan dan
perbankan syariah, namun malangnya lembaga-lembaga itu juga tidak kita minanti
dengan berbagai alasan. Bahkan kita juga memiliki instrument politik melalui
partai-partai politik Islam, namun sayangnya kita tidak percaya kepada mereka,
dan merekapun selalu tidak seirama dengan perjuangan kita.
Untuk itu marilah kita senantiasa merapatkan tali persaudaraan
dengan selalu saling ingat-mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Dengan semangat
qurban, mari kita kuburkan kesombongan, keangkuhan, irihati, kecurigaan dan
hasat dengki. Sementara kita suburkan pesaudaraan, kerjasama, tenggangrasa dan
saling memaafkan. Dan semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِي
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Khotbah II
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ
للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا
بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدُّعَاءِ، اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى., رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،
Yaallah Ya
Tuhan Kami, disaat ini kami menadahkan tangan seraya memanjadkan doa kehadirat
mu, kiranya Engkau perkenankanlah Doa Kami. Wahai Allah
Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang, Muliakanlah kedua orang tua kami,
mereka yang telah membesarkan kami, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang,
mereka yang selalu terganggu tidurnya oleh tanggisan kami dimasa kecil,
sekerianya mereka masih hidup, berikan kesempatan dan kelapangan kepadakami
untuk dapat membahagiakannya. Namun jika mereka sudah tiada, wahai Allah, lapangkanlah
kubur mereka, bahagiakanlah mereka disisi mu dan sampaikanlah segala amal baik
yang selalu kami tujukan untuk mereka. Wahai Allah
tuhan yang memiliki segala kekuasaan dan keagungan, disaat kami merayakan Idul
qurban hari ini, saudara-saudara kami di Rohingya sedang menderita, dikejar, dianiaya dibunuh
dan diperkosa oleh rezem militer Myanmar, untuk itu Wahai Allah, Lindunggilah mereka.
Tabahkan hati mereka, Ringankan penderitaan mereka.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. ولذكرالله أكبر
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ
أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.